BAB II
METODE PEMBELAJARAN GAME DAN MATERI ZAKAT
A. Pengertian Metode Pembelajaran Game
Permainan (games) populer dengan berbagai
sebutan, seperti ice breaker berarti pemanasan dan energizer berarti
penyegaran. Secara etimologi, ice breaker berarti pemecah es. Dalam pembelajaran,
istilah ini berarti pemecah situasi kebekuan fikiran atau fisik siswa.
Permainan dimaksudkan untuk membangun suasana belajar yang dinamis, penuh
semangat dan antusiasme.[1]
Karakteristik permainan (games)
adalah menciptakan suasana belajar yang menyenangkan
(fun) serta serius tapi santai (dapat disingkat sersan). Permainan
digunakan untuk penciptaan suasana yang semula pasif menjadi aktif, kaku
menjadi luwes, jenuh menjadi riang
(segar). Metode ini diarahkan agar tujuan belajar dapat dicapai secara efektif
dan efisien dalam suasana gembira meskipun membahas hal-hal yang sulit.[2]
Dalam keseharian, kita
mungkin bertanya, mengapa anak-anak selalu bersemangat saat bermain? Tidak
pernah merasa lelah untuk aktivitas satu ini. Namun ketika tiba giliran
belajar, mereka cepat sekali merasa jenuh.
Dengan bermain, siswa
mengekspresikan diri dan gejolak jiwanya. Karena itu, dengan permainan, seorang
guru dapat mengetahui gejolak serta kecenderungan jiwa anak dan sekaligus dapat
mengarahkannya. Dalam ajaran agama, orang tua dianjurkan untuk sering-sering
bermain dengan anak. Nabi Muhammad saw bersabda: ”Siapa yang memiliki anak,
maka hendaklah ia menjadi anak pula”. Dalam arti, hendaklah ia memahami,
menjadi sahabat dan teman bermain anaknya. Di kali lain, Rasulullah saw
bersabda: ”Siapa yang menggembirakan hati anaknya, ia bagaikan memerdekakan
hamba sahaya. Siapa yang bergurau untuk menyenangkan hatinya, maka ia bagaikan
menangis karena takut kepada Allah”.[3]
Tentu saja permainan dalam pembelajaran tidak hanya
sekedar permainan atau hanya untuk mengisi kekosongan waktu. Permainan
sebaiknya dijadikan sebagai bagian dari proses belajar. Permainan dirancang
menjadi suatu aksi atau kejadian yang dialami sendiri oleh siswa kemudian dalam proses refleksi,
disimpulkan untuk mendapat hikmah yang mendalam. game adalah permainan yang dirancang sedemikian rupa untuk
meningkatkan kecerdasan anak didik.
Pengertian metode yang lebih khusus
diartikan sebagai suatu cara atau siasat menyampaikan bahan pelajaran agar anak
didik mengetahui, memahami, mempergunakan dan dengan kata lain menguasai bahan
pelajaran tersebut. Menurut anggani sundono bermain adalah suatu kegiatan yang
dilakukan dengan atau tampa mengunakan alat yang menghasilkan pengertian atau
memberikan informasi, memberikan kesenangan maupun mengambarkan imajinasi
kepada anak.[4]
Dari pengertian metode dan bermain diatas dapat disimpulkan adalah cara
menyampaikan pelajaran pendidikan agama islam dengan cara menyenangkan, baik
dengan atau pun tanpa mengunakan alat, dengan harapan agar himbauan, nasihat
dan bimbingan dapat berbekas dalam diri anak didik yang dapat dijadikan pedoman
dalam bertingkah laku.[5]
Sebelum
kita bahas tentang pengertian metode pengajaran game secara mendalam, maka
perlu kita pahami terlebih dahulu pengertian metode. Menurut Ramayulis,
pengertian metode adalah Langkah-langkah strategi dipersiapkan untuk melakukan
suatu pekerjaan.[6] Maka dari kutipan ini
dapat disimpulkan bahwa metode adalah suatu cara dalam melakukan atau
mempersiapkan proses belajar mengajar
Sedangkan
pengajaran adalah suatu usaha sadar yang sangat komplek, sehingga sukar
menentukan bagaimana sebenarnya pengajaran yang baik.[7]
Selanjutnya Menurut Muhibbin Syah, dalam bukunya Psikologi Pendidikan, menyatakan bahwa pengertian pengajaran adalah
menanamkan pengetahuan sebanyak-banyaknya dalam diri siswa.[8]
Selanjutnya Mansyur juga mengungkapkan pengertian pengajaran adalah pengajaran
merupakan usaha penyampaian kebudayaan kepada siswa.[9]
Dari
beberapa pengertian tentang pengajaran yang tersebutkan di atas, maka tentu
saja yang diinginkan adalah agar siswa tidak hanya mengenal kebudayaan bangsa,
kebudayaan suku dan marganya saja, akan tetapi lebih dari itu diharapkan agar
anak-anak bisa memperkaya kebudayaan tersebut dengan menciptakan kebudayaan
baru sesuai dengan zaman yang senantiasa mengalami perubahan setiap waktu.
Dengan memahami pengertian pengajaran, seorang
guru dapat lebih berhati-hati dalam melaksanakan tugasnya dalam pengajaran,
serta dapat memperbaiki kekurangan-kekurangan yang dilakukannya sehingga ia
akan terus berhasil dalam mendidik dan pengajaran. Dalam hal ini guru memegang
peranan utama, sedangkan siswa tinggal menerima, bersifat pasif. Ilmu
pengetahuan yang diberikan kepada siswa kebanyakan hanya diambil dari buku-buku
pelajaran saja, tanpa dikaitkan dengan realitas kehidupan sehari-hari siswa.
Metode mengajar yang digunakan guru
harus sesuai dengan materi yang diberikan, serta metode yang digunakan tidak
fakum atau menonton hanya pada satu metode saja. Hal ini senada dengan pendapat
yang dikemukakan oleh James Popham, bahwa pengajaran secara efektif sangat
bergantung pada pemilihan dan penggunaan metode yang serasi dengan tujuan pengajaran.[10]
Maka untuk ini guru perlu menggunakan metode game.
Metode mengajar game adalah sesuatu
cara yang digunakan guru dalam pengajaran dengan gaya sambil bermain, hal ini
sesuai dengan apa yang dijelaskan oleh Muhibbin Syah, bahwa metode belajar game
adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara pengajaran yang dipergunakan oleh
seorang guru dengan gaya sambil bermain.[11] Maka
guru di sini berperan seolah-olah sebagai teman bagi siswa yang bisa membuat
siswa tidak merasa bosan dengan apa yang sedang diajarkan guru yang bisa
membuat siswa lebih termotivasi dalam belajar.
Disebut metode game sebagai salah
satu metode pengajaran pada pelajaran Pendidikan Agama Islam adalah karena
suatu pembelajaran yang diterapkan pada pelajaran Agama tersebut dengan cara
belajar sambil bermain. Hal ini dilakukan untuk mengatasi siswa dari kebosanan
dalam belajar dan siswa lebih termotivasi dengan metode tersebut.[12]
Setiap metode pengajaran tidak
terlepas dari kelebihan dan kekurangannya, karena dalam penerapannya selalu
mengalami kendala, baik dari siswa maupun dari guru sebagai pengajarnya. Hal
ini senada dengan pendapat yang dikemukakan oleh Ramayulis dalam bukunya
Metodolagi Pendidikan Agama Islam, bahwa penggunaan metode pengajaran dalam
penerapannya terdapat kebaikan dan kelemahannya.
a.
Kelebihan Metode Game
Menurut Ramayulis keuntungan atau
kebaikan yang diperoleh dengan melaksanakan metode game, adalah sebagai
berikut.
1.
Untuk pengajarankan siswa supaya bisa menempatkan dirinya
dengan orang lain
2.
Guru dapat melihat kenyataan yang sebenarnya dari
kemampuan dari siswa
3.
Permainan game menimbulkan diskusi yang hidup
4.
Siswa akan mengerti aneka permainan
5.
Metode game dapat menarik siswa dalam belajar
6.
Melatih siswa untuk berinisiatif dan berkreasi.[13]
Dari kutipan di atas, menunjukkan
bahwa penggunaan metode game mempunyai kelebihan dalam pelaksanaannya, sehingga
dalam pelaksanaan pemebelajaran perlu diterapkan metode game, agar siswa
menarik dan tidak mudah jenuh dalam belajar, terutama pada pelajaran Pendidikan
Agama Islam.
Dengan game setiap siswa diberi
tugas memerankan hal-hal yang sesuai dengan kemampuannya, sehingga dalam
pelakasanaannya setiap siswa merasa bertanggung jawabterhadap pelaksanaannya.
Pelaksanaan metode game selalu sangkut paut antara satu siswa dengan siswa
lainnya, sehingga dengan cara yang demikian siswa akan merasa perasaan orang
lain.
Dengan metode game kadang-kadang
guru hanya mengetahui kemampuan siswa dengan jalan observasi saja, sehingga
guru tidak bisa melihat dengan sebenarnya sampai di mana kemampuan siswa dalam
memainkan perannya. Sesudah game dilaksanakan, ini akan menimbulkan diskusi
yang hidup, bukan saja bagi permainan game, tetapi juga penonton.[14]
Terutama sekali kalau yang diperankan itu masalah menarik bagi siswa atau
masalah hangat dibicarakan.
Dalam game siswa tentunya akan
berhadapan dengan masalah yang berhubungan dengan kehidupan manusia. Tentu saja
dalam pelaksanaannya siswa akan memecahkan masalah-masalah yang ada hubungannya
dengan sesama manusia tersebut.
Metode game ini dapat menarik minat
siswa, bukan karena ini merupakan metode baru, akan tetapi dalam metode ini
siswa akan dapat menemui bermacam-macam pengalaman yang berguna dalam
kehidupannya sehari-hari. Selain ini dalam metode ini siswa dituntut untuk
mengeluarkan pendapatnya pada waktu menyelesaikan sebuah permainan, dan di
samping itu mereka juga dapat mengembangkan daya fantasinya dalam peran yang
diinginkan.
b.
Kekurangan Metode Game
Menurut Ramayulis, kelemahan-kelemahan
yang didapatkan dalam penerapan metode game adalah, sebagai berikut.
1.
Sukar untuk memilih anak-anak yang kreatif dalam setiap
permainan game
2.
Tidak semua siswa bisa berperan dalam game tersebut,
sehingga siswa tersebut menjadi pasif
3.
Membutuhkan waktu yang lama untuk setiap game yang
dilakukan
4.
Kalau guru kurang bijaksana, tujuan yang ingin dicapai
tidak memuaskan.[15]
Berdasarkan kutipan di atas, dapat
kita simpulkan bahwa ada beberapa yang terdapat dalam penerapan metode game,
maka oleh sebab itu perlu adanya penyesuaian dalam memilih siswa agar semua
siswa bisa kena giliran dalam game, guru harus bijaksana dalam menanggapi
pelaksanaan metode tersebut, serta guru berupaya untuk semua siswa bisa
kreatif.
Dalam pelaksanaan metode ini peranan
yang diperankan oleh tiap-tiap anak hendaknya betul-betul dilaksanakan seperti
apa yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini tentu saja tidak
akan bisa dilaksanakan kecuali siswa yang betul-betul berbakat dan kreatif.
Setiap metode yang dipakai ada suatu
tujuan yang harus dicapai terutama sekali tujuan yang berhubungan dengan
persoalan cara bertingkah laku dalam kehidupan kelompok. Oleh sebab itu jangan
dipergunakan untuk mencapai suatu tujuan yang bertentangan dengan tujuan di
atas.
Untuk mencapai kesuksesan dalam
pelaksanaannya ada langkah-langkah yang harus ditunjuki oleh siswa. Oleh sebab
itu guru harus memberikan pengertian yang mendalam terhadap anak-anak. Apabila
guru tidak memberikan pengertian tentang langkah-langkah yang harus ditempuh,
maka game tersebut tidak akan terlaksana dengan yang diharapkan, akan tetapi
akan terlaksana secara serampangan saja, sehingga hasil yang ingin dicapai
tidak memuaskan.
B. Pengertian Zakat dan Macam-macam Zakat
Menurut Bahasa (lughat), zakat berarti tumbuh, berkembang,
kesuburan atau bertambah (HR. At-Tirmidzi) atau dapat pula berarti membersihkan
atau mensucikan sebagai mana firman Allah dalam QS.
At-Taubah : 11
bÎ*sù (#qç/$s? (#qãB$s%r&ur no4qn=¢Á9$# (#âqs?#uäur no4q2¨9$# öNä3çRºuq÷zÎ*sù Îû Ç`Ïe$!$# 3 ã@Å_ÁxÿçRur ÏM»tFy$# 5Qöqs)Ï9 tbqßJn=ôèt
Artinya: Jika mereka bertaubat, mendirikan sholat dan
menunaikan zakat, Maka (mereka itu) adalah saudara-saudaramu seagama. dan kami
menjelaskan ayat-ayat itu bagi kaum yang Mengetahui.[16]
Menurut Hukum Islam (istilah syara’), zakat adalah nama bagi suatu
pengambilan tertentu dari harta yang tertentu, menurut sifat-sifat yang
tertentu dan untuk diberikan kepada golongan tertentu. [17] Jadi zakat merupakan sebahagian harta yang di berikan kepadaa orng
tertentu dengan keten tuan yang di tetapkan dalam Al Quran untuk membersihkan
diri (fitrah) dan membersihkan harta (zakat mal), dengan katalain zakat adalah
untuk membersihkan diri dan harata yang di sedekahkan kepada orang-orang yang
telah ditentukan dalam Al Quran.
1. Zakat Fitrah
a. Pengertian
Zakat Fitrah
Zakat memiliki arti berkembang, bertambah, dan suci. Fitrah berarti asal
kejadian (manusia). Yang dimaksud zakat fitrah adalah zakat yang wajib
dikeluarkan oleh setiap meslim, baik laki-laki dan perempuan maupun tua dan
muda, berupa bahan makanan pokok sesuai
kadar yang ditentukan syarak.[18] Jadi zakat fitrah merupakan zakat yang wajib di berikan oleh tiap-tiap
orang muslim kepada orng-orang yang ditentukan syarak di bulan ramadhan untuk
mensucikan dirinya.
a.
Hukum Zakat Fitrah
Mengeluarkan zakat fitrah hukumnya fardu ‘ain, yaitu wajib atas setiap
muslim, termasuk kewajiban atas anak yang baru dilahirkan ibunya pada malam
hari raya Idul Fitri.
c. Syarat Wajib
Zakat Fitrah
1)
Islam
2)
Dilaksanakan setelah terbenamnya
matahari pada akhir bulan Ramadan hingga sebelum mengerjakan salat Idul Fitri
3)
Mempunyai harta lebih daripada
keperluan untuk dirinya dan orang-orang yang menjadi tanggungannya.
d. Rukun Zakat
Fitrah
1)
Niat berzakat
2)
Muzakki (orang
yang mengeluarkan zakat)
3)
Mustahik (orang
yang menerima zakat)
4)
Makanan pokok
yang dizakatkan
e. Waktu
Mengeluarkan Zakat Fitrah
1)
Waktu mubah adalah dari awal Ramadan
sampai akhir bulan Ramadan
2)
Waktu wajib adalah sesudah
terbenamnya matahari pada akhir bulan Ramadan
3)
Waktu afdal adalah sesudah salat
Subuh pada akhir bulan Ramadan sampai sebelum mengerjakan salat Idul Fitri
4)
Waktu makruh adalah sesudh salat Idul
Fitri sampai tiba waktu salat Maghrib
5)
Waktu haram adalah sesudah
terbenamnya matahari pada hari raya Idul Fitri.
f. Manfaat Zakat
Fitrah
1)
Sebagai tanda
syukur atas nikmat yang diberikan Allah SWT
2)
Penyempurnaan
puasa seseorang pada bulan Ramadan sehingga diterima oleh Allah SWT
3)
Membersihkan
diri dari sifat kikir dan akhlak tercela
4)
Meringankan
beban fakir miskin
Contoh: Pak Sobirin
bingung mengelurkan zakat untuk seluruh anggota keluarganya. Istri pak Sobirin baru saja melahirkan anaknya pada
malam hari raya Isul Fitri tepat jam 20.00 WIB. Dia juga masih menanggung ibu,
tiga orang anak, dan seorang tukang kebun. Berapa seharusnya besar zakat yang
harus dikeluarkan oleh pak Sobirin? Untuk mempermudah perhitungan, perhatikanlah
langkah-langkah berikut:
a.
Bagi bayi yang
lahir sesudah matahari terbenam pada akhir bulan Ramadan, tidak wajib zakat,
meski demikian pak Sobirin ingin mengeluarkan zakat untuk anaknya. Apabila pak
Sobirin akan mengeluarkan zakat fitrah berupa beras, maka perhitungan zakat
yang harus dikeluarkan adalah
8 orang X 2,5 kg beras = 20 kg beras
8 orang X 3,5 liter beras = 28 liter beras
b.
Apabila pak Sobirin menggantinya
dengan uang, maka zakat yang harus dikeluarkan adalah:
20 kg beras X harga 1 kg beras
20 kg X Rp 5.00,- = Rp 100.000.[20]
2. Zakat Mal
1. Pengertian Zakat Mal
Zakat mal berarti membersihkan harta dengan
mengeluarkan sebagian dari harta yang dimiliki dan diberikan kepada orang yang
berhak menerimanya apabila sudah mencapai nisab Allah SWT berfirman QS At-Taubah:103:
õè{ ô`ÏB öNÏlÎ;ºuqøBr& Zps%y|¹ öNèdãÎdgsÜè? NÍkÏj.tè?ur $pkÍ5 Èe@|¹ur öNÎgøn=tæ ( ¨bÎ) y7s?4qn=|¹ Ö`s3y öNçl°; 3 ª!$#ur ììÏJy íOÎ=tæ
Artinya: Ambillah zakat dari sebagian harta
mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah
untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi
mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui. (At-Taubah:103)[21]
2. Hukum Zakat Mal
Hukum zakat mal sama seperti
zakat fitrah, yaitu fardu ’ain. Firman Allah SWT QS Al-Baqarah ; 277:
¨bÎ) úïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#qè=ÏJtãur ÏM»ysÎ=»¢Á9$# (#qãB$s%r&ur no4qn=¢Á9$# (#âqs?#uäur no4q2¨9$# óOßgs9 öNèdãô_r& yZÏã öNÎgÎn/u wur ì$öqyz öNÎgøn=tæ wur öNèd cqçRtóst
Artinya : Sesungguhnya orang-orang yang beriman,
mengerjakan amal saleh, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat
pahala di sisi Tuhannya. tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak
(pula) mereka bersedih hati. (Al-Baqarah ;
277)[22]
3. Syarat Wajib Zakat Mal
a.
Islam
b.
Merdeka
c.
Milik yang sempurna
d.
Cukup senisab
e.
Barang yang dimiliki cukup setahun
4. Rukun Zakat Mal
a.
Niat
b.
Muzakki
c.
Mustahik
5. Jenis Harta yang Wajib
dizakatkan
a) Emas dan perak
Besarnya nisab emas 94 gram, nisabnya perak 200 gram, zakat yang harus dikeluarkan
adalah 2,5% tiap satu tahun. Orang yang tidak mau membayar zakat mendapat
siksa. Allah SWT
berfirman QS At-Taubah, 34:
úïÏ%©!$#ur crãÉ\õ3t |=yd©%!$# spÒÏÿø9$#ur wur $pktXqà)ÏÿZã Îû È@Î6y «!$# Nèd÷Åe³t7sù A>#xyèÎ/ 5OÏ9r&
Artinya : Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak
dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, Maka beritahukanlah kepada mereka,
(bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih, (At-Taubah : 34)[24]
Contoh
:
Ibu Fatma memiliki perhiasan emas sebanyak 150 gram, yang biasa
dipergunakan adalah sebanyak 40 gram, setelah berjalan 1 tahun, berapa zakat
yang harus dikeluarkannya?
Jumlah
perhiasan emas = 150 gram
Yang
dipergunakan = 40 gram
Emas
yang disimpan = 150 – 40 = 110 gram
Nishab
zakat emas adalah 85 gr
Perhiasan emas yang dimiliki oleh ibu Fatmah sudah wajib dizakati karena
melebihi nishab dan mencapai haul. Cara menghitungnya adalah :
110 x 2,5% = 2,75 gram atau jika dnilai dengan uang adalah sebagai
berikut : Jika harga 1 gram emas adalah Rp 100.000, maka 110 gram emas = Rp 11.000.000, maka zakatnya adalah 11.000.000 x 2,5
% = Rp 275.000, Jadi
zakatnya adalah 2,75 gr atau Rp 275.000,
Nishab zakat perak adalah 595 gram, (2) Haul selama 1 tahun, (3) Kadar yang
wajib dikeluarkan zakatnya adalah 2,5%, (4) Cara penghitungan sama dengan
penghitungan zakat emas.[25]
b) Perniagaan
Zakat perniagaan adalah zakat yang dikeluarkan dari harta niaga. Firman
Allah SWT QS Al-Baqarah, 267:
$ygr'¯»t tûïÏ%©!$# (#þqãZtB#uä (#qà)ÏÿRr& `ÏB ÏM»t6ÍhsÛ $tB óOçFö;|¡2 !$£JÏBur $oYô_t÷zr& Nä3s9 z`ÏiB ÇÚöF{$# ( wur (#qßJ£Jus? y]Î7yø9$# çm÷ZÏB tbqà)ÏÿYè? NçGó¡s9ur ÏmÉÏ{$t«Î/ HwÎ) br& (#qàÒÏJøóè? ÏmÏù 4 (#þqßJn=ôã$#ur ¨br& ©!$# ;ÓÍ_xî îÏJym
Artinya: Hai orang-orang
yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang
baik-baik dan sebagian dari apa yang kami keluarkan dari bumi untuk kamu. (Al-Baqarah
: 267)[26]
Ketentuan zakat perniagaan (1) Nishab
zakat niaga adalah senilai dengan 85 gram emas, (2) Usaha tersebut
telah berjalan selama 1 tahun, (3) Kadar yang dikelaurkan adalah 2,5%, (4)
Dapat dinayarkan dengan uang atau barang, (5) Dikenakan pada perdagangan maupun
perseroan.[27]
Cara penghitungan : (Modal diputar + keuntungan +
piutang) – (hutang + kerugian) x 2,5% = Zakat. Contoh : Ibu Azizah
seorang pedagang kelontong, walaupun tokonya tidak begitu besar ia memiliki
aset (modal) sebanyak Rp 6.000.000, setiap
harinya ia mendapatkan keuntungan bersih sebesar Rp 3.000.000, bulan. Usaha itu ia mulai pada bulan
Januari 2005, setelah berjalan 1 tahun pada bulan tersebut ia mempunyai piutang
yang dapat dicairkan sebesar Rp 3.000.000, dan hutang yang harus ia bayar pada bulan tersebut
sebesar Rp 3.100.000.
Jawab: Zakat
dagang dianalogikan kepada zakat emas, nishabnya adalah 85gr emas, mencapai
haul dan dengan tarif 2,5%. Aset atau modal yang dimiliki Rp 6.000.000,
Keuntungan setiap bulan Rp 3.000.000, x12 = 36.000.000, Piutang sejumlah Rp
3.000.000, Hutang sejumlah Rp 3.100.000,
Penghitungan zakatnya adalah ; (Modal
+ untung + piutang ) – (hutang ) x 2,5%= zakat (6.000.000
+ 36.000.000 + 3.000.000) – (3.100.000,-) x 2,5% = Rp 1.047.500, Jadi zakatnya adalah Rp 1.047.500.
c) Binatang ternak
Binatang ternak yang wajib dikeluarkan zakatnya, antara lain sapi, kerbau,
kambing, dan unta. Binatang yang digunakan untuk membajak sawah atau menarik
gerobak tidak wajib dikenakan zakat.
d) Hasil tanaman dan buah-buahan
Tanaman hasil pertanian meliputi makanan pokok, seperti beras, jagung, padi, dan gandum.
Sedangkan yang termasuk buah-buahan termasuk anggur dan kurma wajib dizakatkan
apabila sudah mencapai nisab. Nisabnya adalah 5 wasaq (750 kg beras/930 lt
beras). Zakat yang dikeluarkan 10% apabila diairi dengan air hujan/sungai. Akan
tetapi, apabila tanaman diairi dengan biaya sendiri, maka zakatnya 5%.
Zakat
Unta
Nisab
|
Zakat
|
|
5 – 9
10 – 14 15 – 19 20 – 24 25 – 35 36 – 45 46 – 60 61 – 75 76 – 90 91 – 120 |
1 ekor kambing
2 ekor kambing 3 ekor kambing 4 ekor kambing 1 ekor anak unta betina (berumur 1 tahun lebih) 1 ekor anak unta betina (berumur 2 tahun lebih) 1 ekor anak unta betina (berumur 3 tahun lebih) 1 ekor anak unta betina (berumur 4 tahun lebih) 2 ekor anak unta betina (berumur 2 tahun lebih) 2 ekor anak unta betina (berumur 3 tahun lebih) |
|
Zakat
Kambing
Nisab
|
Zakat
|
|||
40 – 120
121 – 200 201 – 300 Setiap bertambah 100 ekor |
1 ekor kambing
2 ekor kambing 3 ekor kambing 1 ekor kambing |
|||
Zakat
Sapi
Nisab
|
Zakat
|
|
30 – 39
40 – 59 60 – 69 70 – 79 |
1 ekor anak sapi
jantan atau betina berumur 1 tahun
1 ekor anak sapi betina berumur 2 tahun 2 ekor anak sapi jantan atau betina berumur 1 tahun 2 ekor anak sapi betina berumur 2 tahun dan 1 ekor anak sapi jantan umur 1 tahun.[28] |
Sumber: Fiqih Sunnah Jilid 1, karangan Sayyid Sabiq.
e) Rikaz atau barang temuan
Setiap harta rikaz/barang temuan berupa emas, perak, atau yang lainnya
wajib dikeluarkan zakatnya seperlima tanpa syarat nisab.
f) Profesi
Profesi berarti suatu pekerjaan yang membutuhkan keterampilan khusus,
seperti guru, editor, dosen, insinyur, dan dokter. Firman Allah SWT QS Al-Baqarah : 267.
$ygr'¯»t tûïÏ%©!$# (#þqãZtB#uä (#qà)ÏÿRr& `ÏB ÏM»t6ÍhsÛ $tB óOçFö;|¡2 !$£JÏBur $oYô_t÷zr& Nä3s9 z`ÏiB ÇÚöF{$# (
Artinya
: Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari
hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang kami keluarkan dari bumi untuk
kamu. (Al-Baqarah : 267)[29]
Beberapa pendapat yang muncul mengenai nishab dan
kadar zakat profesi, yaitu :
1.
Menganalogikan secara mutlak zakat
profesi kepada hasil pertanian, baik nishab maupun kadar zakatnya. Dengan
demikian nishab zakat profesi adalah 653 kg beras dan kadarnya 5 % dan
dikeluarkan setiap menerima.
2.
Menganalogikan secara mutlak dengan
zakat perdagangan atau emas. Nishabnya 85 gram emas, dan kadanya 2,5% dan
dikeluarkankan setiap menerima, kemudian penghitungannya diakumulasikan atau
dibayar di akhir tahun.
3.
Menganalogikan nishab zakat
penghasilan dengan hasil pertanian. Nishabnya senilai 653 kg beras, sedangkan
kadarnya dianalogikan dengan emas yaitu 2,5 %. Hal tersebut berdasarkan qiyas
atas kemiripan (syabah) terhadap karakteristik harta zakat yang telah ada.[30]
Pendapat ketiga inilah yang diambil sebagai pegangan perhitungan. Ini
berdasarkan pertimbangan lebih maslahah bagi muzaki dan mustahik.
Mashlahah bagi muzaki adalah apabila dianalogikan dengan pertanian, baik nishab
dan kadarnya. Namun, hal ini akan memberatkan muzaki karena tarifnya adalah 5
%. Orang yang Berhak Menerima Zakat Mal
dan Zakat Fitrah
a.
Fakir, yaitu orang yang tidak
memiliki harta dan usaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
b.
Miskin, yaitu
orang yang mempunyai pekerjaan, tetapi tidak mencukupi untuk kebutuhan hidupnya
c.
Amil, yaitu
orang yang diberi tugas mengumpulkan dan membagikan zakat (panitia zakat)
d.
Mualaf, yaitu
orang yang baru masuk Islam dan imannya masih lemah
e.
Riqab, yaitu
hamba sahaya yang dijanjikan tuannya akan dimerdekakan dengan membayar tebusan
f.
Gharim, orang
yang terlilit hutang untuk keperluan di jalan Allah SWT
g.
Sabilillah,
yaitu orang yang berjuang di jalan Allah SWT atau melakukan usaha untuk
menegakkan agama Allah SWT
7. Manfaat Zakat Mal
a. Sebagai tanda syukur kepada Allah SWT atas harta atau
kekayaan yang diberikan kepada kita
b. Untuk menyucikan harta dan kekayaan yang kita miliki
c. Membersihkan diri dari sifat kikir dan cinta dunia
d. Mengurangi tingkat kejahatan dalam masyarakat akibat
kemiskinan.
e. Memberi
ketenteraman dan penghargaan bagi orang-orang yang baru masuk Islam.[32] Dalam hal ini banyak sekali ke mamfaat lain dari pada zakat yang diberikan
oleh tiap-tiap orang islam selain memekmurkan kehidupan dunia juga
menyelamatkan kita di akhirat nantinya.
C. Pengertian dan Jenis-jenis Perkembangan Belajar
a.
Pengertian Perkembangan
Belajar
Perkembangan belajar adalah sebuah
kalimat yang terdiri dari 2 kata”Perkembangan dan Belajar”,keduanya mempunyai arti yang
berbeda, adapun untuk lebih jelasnya
pengertian perkembangan belajar akan diuraikan terlebih dahulu. Menurut
Syaiful Bahri Perkembangan adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah
dikerjakan, diciptakan baik secara individu maupun kelompok.[33]
Menurut pendapat Drs. Zainal Arifin mengenai Perkembangan dalam bukunya
“Evaluasi instruksional” yaitu: kata Perkembangan berasal dari bahasa belanda
yaitu “Prestatie”. Kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi “Perkembangan” yang
berarti “hasil usaha” kata perkembangan banyak digunakan dalam berbagai bidang
dan kegiatan, antara lain kesenian, olah raga dan pendidikan.[34]
Menurut pusat dan pengembangan bahasa, Perkembangan adalah hasil yang telah
dicapai (dari yang dilakukan, dikerjakan).[35]
Menurut Pasaribu B. Simanjuntak, Perkembangan adalah yang dicapai setelah
mengikuti pendidikan dan latihan tertentu.[36]
Dari beberapa pengertian perkembangan yang dikemukakan para ahli diatas, jelas
terlihat perbedaan pada kata-kata tertentu sebagai penekanan, namun intinya
sama, yakni hasil yang dicapai dari suatu kegiatan.[37]
Jadi menurut penulis perkembangan adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah
dikerjakan, diciptakan, yang menyenangkan hati yang yang diperoleh dengan jalan
keuletan kerja, baik secara individual maupun kelompok dalam bidang kegiatan
tertentu. Sedangkan belajar adalah suatu aktivitas yang dilakuan secara sadar
untuk mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang telah dipelajari. Hasil dari
aktivitas belajar terjadilah perubahan dalam diri individu.
Belajar dikatakan berhasil bila
terjadi perubahan dalam diri individu. Sebaliknya, bila tidak terjadi perubahan
dalam diri individu, maka belajar dikatakan tidak berhasil.[38]
Menurut Whitterington Belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang
mengatakan diri sebagai suatu pola baru daripada reaksi yang berupa kecakapan
sikap, kebiasaan, kepandaian atau suatu pengertian.[39]
Menurut Dewa Ketut Sukardi dalam bukunya bimbingan dan penyuluhan di sekolah
mengemukakan:”Belajar’’ adalah suatu proses perubahan tingkah laku melalui
pendidikan atau lebih khusus melalui latihan.[40]
Sedangkan menurut Slameto Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh sesuatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya.[41]
Menurut Drs. Abu Ahmadi bahwa Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan
individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu dalam interaksi dengan
lingkungannya.[42]
Keempat definisi tersebut menunjukkan bahwa belajar adalah suatu proses
perubahan tingkah laku atau kecakapan manusia. Perubahan tingkah laku ini bukan
di sebabkan oleh proses pertumbuhan yang bersifatfisiologis atau proses
kematangan. Bahkan perubahan yang
terjadi karena belajar dapat berupa perubahan-perubahan dalam kebiasaan,
kecakapankecakapan ( skill), atau dalam ketiga aspek yakni pengetahuan
(kognitif), sikap (efektif), dan keterampilan (psikomotor). Kegiatan belajar
merupakan kegiatan yang paling pokok dalam keseluruhan proses pendidikan. Hal
ini mengandung arti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak
tergantung kepada bagaimana proses belajar yang di alami oleh peserta didik atau
siswa. Dalam setiap perubahan manusia untuk mencapai tujuan, selalu di ikuti
dengan pengukuran dan penilaian demikian pula halnya dalam proses belajar.
Dengan mengetahui Perkembangan
Belajar anak, kita dapat mengetahui kedudukan anak di dalam kelas apakah
anak termasuk kelompok anak pandai, sedang atau kurang. Perkembangan belajar
ini menyatakan dalam bentuk angka, huruf maupun symbol dari tiap-tiap periode
tertentu. Menurut Sutratinah Tirtonegoro yang di maksud dengan Perkembangan
Belajar ialah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam
bentuk symbol, angka, huruf, maupun kalimat yang mencerminkan hasil yang sudah
dicapai oleh setiap anak dalam periode tertentu.[43]
Perkembangan belajar merupakan suatu
masalah yang bersifat parerial dalam sejarah kehidupan manusia karena sepanjang
rentang kehidupan manusia selalu mengejar perkembangan menurut bidang dan
kemampuan masing-masing. Kehadiran perkembangan dalam kehidupan manusia pada
tingkat dan jenis tertentu dapat memberikan kepuasan tertentu pula pada
manusia, khususnya manusia yang berada pada bangku sekolah. Dengan demikian
penulis dapat menarik kesimpulan bahwa yang di maksud dengan perkembangan
belajar adalah penguasaan tingkah laku dan perubahan tingkah laku dalam diri
individu sebagai hasil dari aktifitas
belajar dan penilaiannya di wujudkan dalam bentuk nilai atau angka.
b.
Jenis-jenis Perkembangan
Belajar
Setiap lembaga pendidikan baik
sekolah maupun luar sekolah tentu mempunyai keinginan agar siswa yang didik
mempunyai perkembangan yang tinggi, termasuk di dalamnya adalah Pendidikan
Agama Islam, (khususnya pada mata pelajaran Fiqih). Untuk mengetahui bahwa
siswa telah mencapai perkembangan belajar, seperti apa yang di harapkan
pendidik jika di lihat dari adanya perubahan tingkah laku atau sikap dari anak
didik. Bloom juga menyatakan bahwa ada tiga bentuk Perkembangan yaitu:
kognitif, efektif, dan psikomotorik.[44]
Untuk lebih jelasnya akan penulis uraikan tentang maksud dan apa yang akan di
capai di dalamnya:
1) Perkembangan belajar aspek
kognitif
Perkembangan belajar siswa pada aspek
kognitif ini hanya menitik beratkan pada masalah atau bidang Intektual,
sehingga kemampuan akal akan selalu mendapatkan perhatian yaitu kerja otak
untuk dapat menguasai berbagai pengetahui yang diterimanya. Perkembangan
belajar pada aspek kognitif ini berkenaan dengan hasil belajar Intelektual.
Bloom mengklasifikasikan tujuan kognitif menjadi enamm tingkatan yang terdiri
dari aspek pengetahuan dan ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan
evaluasi.[45] Untuk lebih jelasnya akan penulis uraiakan
sebagai berikut :
a) Pengetahuan
Aspek ini mengacu pada kemampuan
mengenal atau mengingat materi yang sudut di pelajari dari yang sederhana
sampai hal-hal yang sukar. Yang penting di sini adalah kemampuan mengingat
keterangan yang berat.[46]
Jadi hasil belajar pengetahuan ini penting sebagai persyaratan untukm menguasai
dan mempelajari hasil belajar yang lain.
b) Pemahaman
Aspek ini mengacu pada kemampuan
memahami makna materi yang di pelajari. Pada umumnya unsur pemahaman ini menyangkut
kemampuan menangkap makna suatu konsep dengan kata-kata sendiri.[47]
Jadi dalam memahami sesuatu di perlukan adanya hubungan atau keterpautan antara
konsep dengan makna yang ada dalam konsep tersebut. Pemahaman di sini
tingkatnya lebih tinggi satu tingkat dari pengetahuan.
c) Aplikasi
Aplikasi di definisikan sebagai
kemampuan untuk menggunakan apa yang di pelajari dalam situasi konkrit yang
baru.[48]
Jadi siswa mampu menerapkan pengetahuan yang memiliki pada situasi baru.
Aplikasi yang lebih tinggi tingkatnya dari pemahaman.
d) Analisis
Analisis dapat di definisikan oleh
siswa sebagaian bukti bahwa ia telah menguasai pengetahuan, pemahaman, dan
mampu mengaplikasikan analisis ini di tingkat lebih tinggi dari aplikasi.
e) Sintesis
Aspek ini mengacu pada kemampuan memadukan
berbagai konsep atau komponen, sehingga membentuk suatu pola struktur dalam
bentuk baru.[49]
f) Evaluasi Evaluasi adalah kesanggupan memberikan kesanggupan memberikan
keputusan tentang nilai sesuatu berdasarkan pertimbangan yang telah di
milikinya dan keteria yang di pakai.[50]
2)
Perkembangan belajar aspek efektif
Perkembangan belajar efektif ini
dapat di katakana berhasil apabila siswa benar-benar mampu bersikap dan
bertingkah laku sesuai dengan tujuan pendidikan dan apa yang diharapkan oleh
guru. [51]
Menurut Bloom Krathwohl, bahwa manusia dominan efektif berdasarkan lima kategori yaitu :
a) Penerimaan (receiving)
Aspek ini mengacu pada kepekaan dan
kesediaan menerima dan menaruh perhatian terhadap nilai tertentu, seperti
kesediaan menerima dan menaruh perhatian terhadap nilai di sekolah.
b) Pemberian respons (responding)
Aspek ini mangacu pada kecenderungan
memperlihatkan reaksi terhadap norma tertentu. Menunjukkan kesediaan dan
kerelaan untuk merespons, memperhatikan secara aktif, turut berpartisipasi
dalam suatu kegiatan, seperti berbuat sesuai tata tertib displin sesuai yang
diterima.
c) Penghargaan/ penilaian
( valuing)
Aspek ini mengacu pada kecenderungan
menerima suatu norma tertentu, menghargai suatu norma, memberikan penilaian
terhadap sesuatu dengan memposisikan diri sesuai dengan penilaian dan mengikat
diri pada suatu norma. Seperti telah memperlihatkan perilaku disiplin yang
menetapkan dari waktu-kewaktu. [52]
d) Pengorganisasian ( organization)
Aspek ini mengacu pada proses
membentuk konsep tentangsuatu nilai serta menyusun suatu sistem nilai-nilai
pada dirinya. Pada taraf ini seseorang mulai memilih nilai-nilai dalam dirinya,
seperti dengan norma-norma disiplin tersebut.
e) Karakterisasi ( characterization)
Pembentukan pola hidup, aspek ini
mengacu pada proses mewujudkan nilai-nilai dalam pribadi sehingga merupakan
watak, dimana norma itu tercermin dalam pribadinya. Seperti betul-betul telah
menyatu dalam dirinya, aspek ini merupakan tingkat paling tinggi dari domain
efektif. [53]
3) Perkembangan belajar aspek
psikomotorik
Ranah psikomotorik adalah ranah yang
berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah
seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. [54]
menurut Elizabeth simpson domain
psikomotor terbagi atas tujuh kategori yaitu :
a) Persepsi (perception)
Aspek ini mengacu pada
penggunaan alat drior untuk memperoleh kesadaran akan suatu objek atau gerakan
dan mengalihkannya kedalam kegiatan atau perbuatan.
b) Kesiapan (set)
Aspek ini mengacu pada
kesiapan memberikan respons secara mental fisik, maupun perasaan untuk suatu
kegiatan.
c) Respons terbimbing ( guided response)
Aspek ini mengacu pada
pemberian respons perilaku, gerakangerakan yang diperlihatkan dan di
demontrasikan sebelumnya.
d) Mekanisme (mechanical
response)
Aspek ini mengacu pada
keadaan dimana respons fisik yang di pelajari telah menjadi kebiasaan.
e) Respons yang kompleks (complex response)
Aspek ini mengacu pada
pemberian respons atau penampilan perilaku atau gerakan yang cukup rumit dengan
terampil dan efesien.
f) Penyesuaian
pola gerakan atau adaptasi (adjustment)
Aspek ini mengacu pada
kemampuan menyelesaikan respons atau perilaku gerakan dengan situasi yang baru.
g) Originasi
Aspek ini mengacu pada
kemampuan menampilkan pola-pola gerak gerik yang baru, dalam arti menciptakan
perilaku dan gerakan yang baru dilakukan atas prakarsa atau inisiatif sendiri.
c.
Fungsi Utama dalam Melihat Perkembangan Belajar
1. Perkembangan belajar
sebagai Indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai anak
didik
2. Perkembangan belajar
sabagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu.
3. Perkembangan belajar
sebagai bahan informasi dalam inovatif pendidikan.
4. Perkembangan belajar
sebagai indikator Internal dan Eksternal dari suatu Institusi pendidikan
5. Perkembangan belajar dapat
di jadikan Indikator terhadap daya serap kecerdasan anak didik. [55]
Jadi di lihat dari beberapa fungsi perkembangan
belajar diatas, maka betapa pentingnya kita mengetahui perkembangan belajar
anak didik, baik secara perseorangan maupun secara kelompok sebab fungsi perkembangan
belajar tidak hanya sebagai indikator kualitas institusi pendidikan. Di samping
itu. Perkembangan belajar mengajar dapat menentukan apakah perlu mengadakan
diaganosis, bimbingan dan penyuluhan ,untuk keperluan seleksi, untuk keperluan
penempatan atau penjurusan, untuk menentukan isi kurikulum, dan untuk
menentukan kebijaksanaan sekolah.
D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Belajar
Terhadap Hasil Belajar Siswa
a. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Belajar
mempengaruhi belajar banyak jenisnya,
tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor intern dan faktor
ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada di dalam diri individu yang
sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah adalah faktor yang ada diluar individu.
1) Faktor-Faktor Internal
Di dalam membicarakan faktor intern
ini, akan dibahas menjadi tiga faktor, yaitu faktor jasmaniah, faktor
psikologis dan faktor kelelahan.
a) Faktor
Jasmaniah
1. Faktor kesehatan
Agar seseorang dapat
belajar dengan baik haruslah mengusahakan kesehatan badannya tetap terjamin
dengan cara selalu mengindahkan ketentuan-ketentuan tentang bekerja, belajar,
istirahat, tidur, makan, olah raga, rekreasi dan ibadah.
2. Cacat tubuh
Keadaan cacat tubuh juga
mempengaruhi belajar. Siswa yang cacat belajarnya juga terganggu. Jika hal ini
terjadi, hendaknya ia belajar pada lembaga pendidikan khusus atau diusahakan
alat Bantu agar dapat menghindari atau mengurangi pengaruh kecacatannya.
b) Faktor Psikologis
Kondisi
jiwa anak menurut Arden N Fransen dalam bukunya “Principles of Learning and
Teaching”seperti yang dikutip Sumadi Suryabrata (ada 2 hal yang mempengaruhi
hasil belajar siswa, yaitu pengaruh positif dan pengaruh negatif.
Pengaruh positif itu diantaranya meliputi :
Pengaruh positif itu diantaranya meliputi :
1.
Adanya sifat ingin tahu dan ingin
menyelidiki dunia yang lebih luas.
2.
Adanya sifat kreatif yang ada pada
manusia dan keinginan untuk simpati pada orang lain.
3.
Adanya suatu keinginan untuk
memperbaiki setiap kegagalan.
Sedangkan pengaruh negatif dari jiwa anak antara lain :
1.
Tujuan belajar yang tidak jelas
(mereka belum tahu apa tujuan mereka belajar).
2.
Kurang berminat terhadap pelajaran
(mereka belum mengetahui untuk apa pelajaran dipelajari).
Sekurang-kurangnya ada
tujuh faktor yang tergolong ke dalam faktor psikologis yang mempengaruhi
belajar. Faktor-faktor itu adalah: intelegensi, perhatian, minat, bakat,
motivasi, dan kematangan dan kelelahan.
1. Factor Intelegensi
Disini tidak
saja IQ yang di andalkan, tapi tingkat kecerdasan dan daya nalar yang cepat juga
tingkat kierajina dan pengamalannya sangat mempengaruhi perkembangan belajar ,
karena pada dasarnya siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi akan
lebih berhasil dari pada yang mempunyai tingkat intelegensi yang rendah dan bisa saja
hasil sebaliknya, yaitu siswa yang mempunyai
tingkat intelegensi yang tinggi belum tentu berhasil dalam belajarnya.[56]
Hal ini disebabkan karena belajar adalah suatu proses yang kompleks dengan
banyak faktor yang mempengaruhinya bukan saja IQ yang tinggi tetapi juga harus
rajin dalam belajarnya.
2. Perhatian
Untuk dapat menjamin hasil
belajar yang baik, maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang
dipelajarinya, jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa, maka
timbullah kebosanan, sehingga peserta didik tidak lagi suka belajar.
3. Minat
Minat adalah kecenderungan
yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Minat besar
pengaruhnya terhadap belajar, karena bila pelajaran yang dipelajari tidak
sesuai dengan minat\ siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya,
karena tidak ada daya tarik baginya. Ia akan segan-segan untuk belajar, ia
tidak memperoleh kepuasan dari pelajaran itu. Bahan pelajaran yang menarik
minat siswa, lebih mudah dipelajari dan disimpan, karena minat menambah
kegiatan belajar.[57] Oleh karena itu
diperlukanlah penentuan dalam memilih cara atau metode mengajar yang sesuai
dengan bahan ajar, agar terkesan menyenangkan dalam belajar sehingga siswa
rajin dan bergairah dalam belajarnya, tidak jenun dan tidak membosankan
4. Bakat
Bakat adalah kemampuan
untuk belajar. Kemampuan itu baru akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata
sesudah belajar atau berlatih. Bakat itu mempengaruhi belajar. [58]
Jika bahan pelajaran yang dipelajari
siswa sesuai dengan bakatnya, maka hasil belajarnya lebih baik karena ia senang
belajar dan pastilah selanjutnya ia lebih giat lagi dalam belajarnya.
5. Motivasi
Menurut Winkel, motivasi
belajar dapat diartikan sebagai keseluruan daya penggerak psikis di dalam diri
siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar
dan memberikan arah pada kegiatan belajar demi mencapai suatu tujuan.[59] Kuat lemahnya motivasi belajar seseorang
turut mempengaruhi keberhasilan dalam perkembangan belajar. Karena itu motivasi
belajar perlu di usahakan terutama yang berasal dari dalam diri dengan cara
senantiasa memikirkan masa depan yang penuh tantangan dan harus dihadapi untuk
mencapai cita-cita.
c) Faktor Kematangan
Kematangan adalah suatu
tingkat/fase dalam pertumbuhan seseorang, dimana alat-alat tubuhnya sudah siap
untuk melaksanakan kecakapan baru. Anak yang sudah siap (matang) belum dapat
melaksanakan kecakapannya sebelum belajar,. Belajarnya akan lebih berhasil jika
anak sudah siap (matang).[60]
Jadi kemajuan baru untuk memiliki kecakapan itu tergantung dari kemampuan dan
belajar.
d) Faktor kelelahan
Kelelahan dibedakan
menjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani (bersifat
psikis). Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul
kecenderungan untuk membaringkan tubuh. Kelelahan rohani dpat dilihat dengan
adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan
sesuatu hilang.[61] Jadi dengan
adanya umpan balik yang diberikan guru dalam menyesuaikan dengan materi dan
metode game belajar lebih bersemangat dan menyenangkan.
2) Faktor-Faktor Eksternal
Faktor eksternal yang
berpengaruh terhadap belajar, dapat dikelompokkan menjadi 3 faktor, yaitu:
faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat.
a) Faktor keluarga
Siswa yang belajar akan
menerima pengaruh dari keluarga berupa: cara orang tua mendidik, relasi antara
anggota keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga.
1. Cara orang tua mendidik
Cara orang tua mendidik
anaknya besar pengaruhnya terhadap belajar anaknya. Telah dijelaskan oleh
Sutjipto Wirowidjojo dengan bahwa : keluarga adalah lembaga pendidikan yang
pertama dan yang utama.[62]
Keluarga yang sehat besar artinya untuk pendidikan dalam ukuran kecil, tetapi
bersifat menentukan untuk pendidikan dalam ukuran besar yaitu pendidikan
bangsa, Negara, dan dunia. Cara orang tua dalam mendidik anaknya akan
berpengaruh terhadap belajarnya.
2. Relasi antar anggota
keluarga
Kelancaran belajar serta
keberhasilan anak, harus ada relasi yang baik di dalam keluarga. Hubungan yang
baik adalah hubungan yang penuh pengertian dan kasih sayang , disertai dengan
bimbingan dan bila perlu hukuman-hukuman untuk mensukseskan belajar anak
sendiri.
3. Keadaan ekonomi keluarga.
Keadaan ekonomi
keluarga.erat hubungannya dengan belajar anak. Anak yang sedang belajar selain
harus terpenuhi kebutuhan pokoknya, juga membutuhkan fasilitas belajar.
Fasilitas belajar itu hanya dapat terpenuhi jika keluarga mempunyai cukup uang.
b). Faktor sekolah
Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup metode mengajar,
kurikulum, dan keadaan gedung.
1. Metode mengajar
Metode mengajar guru yang
kurang baik akan mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula. Agar siswa
dapat belajar dengan baik, maka metode mengajar harus diusahakan yang setepat,
sefisien dan sefektif mungkin.
Guru dapat menunaikan
tugasnya dengan efektif dan efisien jika dalam dirinya terdapat kompetensi
sebagai guru dan juga melaksanakan fungsinya sebagai seorang guru.[63] Pada dasarnya guru atau pendidik
mempunyai tiga dasar kompetensi, yaitu:
1). Kompetensi kepribadian
Seorang guru agama yang
baik akan bisa membawa kepribadiannya sebagai seorang teladan bagi murid atau
siswanya. Jika seorang guru sudah dikenal sebagai seorang pribadi yang bisa
memberikan teladan yang baik tentu akan dengan mudahnya menunaikan tugasnya sebagai
pendidik. Sebagai individu, pribadi manusia itu berbeda-beda dan itu merupakan
suatu keunikan tersendiri.[64]
2). Kompetensi penguasaan atas bahan pengajaran
Penguasaan
bahan pengajaran sangat menentukan apakah seorang guru mampu menyampaikan pesan
(mengajar) dengan baik ataupun sebaliknya pesan yang ingin dissampaikan oleh
seorang pendidik terkendala karena kurangnya pemahaman guru dalam menuntaskan
proses belajar mengajar. Penguasaan bahan bidang studi sesuai dengan kurikulum
dan pendalaman aplikasi bidang studi sangat diperlukan dan harus dibina, karena
:
a.
Seorang guru harus mampu menguraikan
ilmu pengetahuan atau kecakapan mengajar sehingga siswa mampu memahami apa yang
disampaikan oleh guru.
b.
Kemampuan seorang guru dalam menyusun
komponen-komponen pengajaran dengan baik akan bisa memudahkan guru untuk
menyampaikan informasi-informasi dan memudahkan pula bagi murid untuk mencerna
dan mempelajari pelajaran yang diterimanya.[65]
Oleh karena itu kecakapan seorang
guru atau pendidik dalam penguasaan suatu bahan ajaran akan dapat memberikan
nilai yang tepat dalam proses belajar mengajar.
3). Kompetensi dalam cara belajar mengajar
Dalam cara belajar mengajar seorang
guru yang baik tentu harus dapat menguasai berbagai macam metode atau
keterampilan dalam mengajar suatu bahan pengajaran, tidak terkecuali bagi
seorang guru agama. Penggunaan satu metode saja dalam proses belajar mengajar
akan membuat siswa merasa bosan dan tujuan pendidikan yang efektif akan
terkendala.
Seorang guru agama harus dapat
menguasai keterampilan-keterampilan mengajar, seperti:
b.
Merencanakan atau menyusun kegiatan
untuk satu tahun pelajaran
c.
Mempergunakan dan mengembangkan media
pendidikan
d.
Mengembangkan dan menggunakan semua
metode mengajar sehingga terjadi variasi dalam mengajar sehingga tidak membuat
siswa bosan.[66]
Dalam pembelajaran pendidikan agama Islam di sekolah-sekolah banyak sekali
guru yang masih menggunakan metode ceramah sebagai satu-satunya alternatif
metode pengajaran. Tentu hal ini membuat siswa hanya bisa “mengkhayal” tanpa
bisa memahami apalagi mengamalkan pelajaran agama yang ia dapat dengan praktek
yang benar. Dalam metode ini guru hanya menyampaikan teori dan tidak meneruskan
bagaimana seorang murid harus mengamalkan isinya.
2. Kurikulum
Kurikulum di artikan
sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan kepada siswa. Kegiatan itu sebagai
besar adalah menyajikan bahan pelajaran agar siswa menerima, menguasai dengan
mengembangkan bahan pelajaran. Kurikulum yang kurang baik berpengaruh tidak
baik terhadap belajar.[67]
3. Keadaan gedung
Dengan jumlah siswa yang
banyak serta variasi karakteristik mereka masing-masing menuntut keadaan gedung
harus memadai di dalam setiap kelas. Bagaimana mungkin mereka dapat belajar
denganenak, kalau kelas itu tidak memadai bagi setiap siswa.
c).Faktor Masyarakat
Masyarakat merupakan faktor eksternal yang
juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena
keberadaannya siswa dalam masyarakat. Mencakup tentang kegiatan siswa dalam
masyarakat,bentuk kehidupan masyarakat, dan lingkungan sekitar.
1. Kegiatan siswa dalam
masyarakat
Kegiatan siswa dalam
masyarakat dapat menguntungkan perkembangan pribadinya. Tetapi jika siswa
mengambil kegiatan masyarakat yang terlalu banyak atau padat, belajarnya akan
terganggu, apalagi tidak bijaksana dalam mengatur waktu.
2. Bentuk kehidupan
masyarakat
Kehidupan masyarakat di
sekitar siswa sangat berpengaruh terhadap belajar peserta didik. Masyarakat
yang terdiri dari orang yan tidak baik akan berpengaruh jelek kepada siswa.
3. Lingkungan sekitar
Sangat perlu untuk mengusahakan
lingkungan yang baik agar dapat memberi pengaruh yang positif terhadap peserta
didik sehingga dapat belajar dengan sebaik-baiknya. Jadi menurut penulis dari
faktor-faktor tersebut saling berinteraksi secara langsung atau pun tidak
langsung dalam mencapai Perkembangan Belajar
Dalam proses
pembelajaran tentunya terdapat kendala-kendala yang dapat menghambat
berjalannya proses pembelajaran yang seutuhnya, dan akhirnya menyebabkan
rendahnya mutu pendidikan. Abdul Majid dan Dian Andayani dalam bukunya “Pendidikan
Agama Islam Berbasis kompetensi” menyebutkan bahwa yang menjadi kendala
dalam pembelajaran PAI sehingga menimbulkan rendahnya kualitas pendidikan disebabkan beberapa faktor, yaitu:
Kualitas dan
kuantitas (kompetensi) guru yang masih rendah, proses pembelajaran PAI selama ini
cenderung lebih diarahkan pada pencapaian target kurikulum, pembelajaran PAI bukan
diarahkan pada pencapaian dan penguasaan kompetensi, akan tetapi terfokus pada
aspek kognitif sehingga pembelajan identik dengan hafalan , ceramah dan
sebagainya, alokasi
waktu yang tersedia sangat sedikit sedangkan muatan materinya sangat padat, terbatasnya sarana dan
prasarana,
penilaian yang dilakukan cenderung hanya kepada satu aspek saja (kognitif).[68]
Muzayyin
Arifin dalam bukunya Kapita Selekta Pendidikan Islam, juga menyebutkan
kendala dalam pembelajaran PAI yang diidentifikasikan sebagai penghambat
Pendidikan Agama Islam di sekolah terbagi kepada dua faktor, yaitu faktor
eksternal dan faktor internal, adapun yang menjadi faktor eksternal meliputi.
1. Timbulnya sikap masyarakat atau
orang tua di beberapa lingkungan sekitar sekolah yang kurang concerned
kepada pentingnya pendidikan agama, tidak mengacuhkan akan pentingnya
pemantapan pendidikan agama di sekolah yang berlanjut di rumah.
2. Situasi lingkungan sekitar sekolah
disubversi oleh godaan-godaan setan yang beragam bentuknya. Situasi demikian
melemahkan daya konsentrasi dan berakhlak mulia, serta mengurangkan gairah
belajar siswa.
3. Gagasan baru yang mulai bermunculan di-impose
oleh para ilmuwan mengenai perlunya mencari terobosan baru terhadap berbagai
kemacetan dan problema pembangunan, meluas kearah jalur kehidupan remaja yang
kondusif kepada watak dan ciri-ciri usia puber dan adolesens mereka, secara
latah mempraktekan makna yang keliru atas kata-kata terobosan menjadi mengambil
jalan pintas dalam mengejar kemajuan belajarnya tanpa melihat cara-cara
yang halal dan haram, seperti nyontek
atau membeli soal-soal ujian
akhir.
4. Produksi pendidikan sekolah yang dicapai
dalam waktu yang relatif singkat dengan dana yang seminimal mungkin, namun
berhasil meluluskan sejumlah murid yang lebih besar, dimana dalam hal
menyangkut pendidikan agama faktor internalisasi (pendalaman) nilai-nilai
proses kependidikan kurang mendapat tempat yang wajar dalam sistem efisiensi
tersebut.
5. Timbulnya sikap prustasi di kalangan orang
tua atau
masyarakat bahwa tingkat kependidikan yang dengan susah payah diraih,
akan menjamian anaknya untuk mendapat pekerjaan yang layak. Namun karena
perluasan lapangan kerja tidak dapat mengimbangi pembengkakan penuntut kerja.
Setelah lulus sekolah, orang tua masih bersusah payah berjuang mencarikan
peluang kerja bagi anaknya. Padahal masih ada beban finansial yang harus di
tanggung oleh mereka. Semuanya itu menyebabkan tendensi sosial kita kurang
mengharagai pengetahuan sekolah yang tidak dapat di jadikan tumpuan mencari
nafkah. Pendidikan agama terkena dampak negatif dari sikap dan kecenderungan
tersebut. Apabila guru agama tidak terampil memikat minat murid, maka
efektifitas pendidikan agama tidak dapat diwujudkan.[69]
Adapun yang
menjadi faktor internal sekolah meliputi:
1. Guru kurang kompeten untuk
menjadi tenaga profesional pendidikan
atau jabatan guru yang
disandangnya hanya merupakan pekerjaan alternatif terakhir, tanpa menekuni tugas
sebenarnya selaku guru yang berkualitas baik.
2. Penyalahgunaan manajemen
penempatan yang mengalihtugaskan guru agama ke bagian administrasi seperti
perpustakaan misalnya, akibatnya pendidikan agama tidak dilaksanakan secara
programatis.
3. Pendekatan metodologis
guru masih terpaku kepada orientasi tradisionalistis sehingga tidak mampu
menarik minat murid kepada pelajaran agama.
4. Kurangnya rasa solidaritas
antara guru agama dengan guru-guru bidang studi umum, sehingga timbul sikap
memencilkan guru agama yang mengakibatkan pelaksanaan pendidikan agama kurang
terpadu.
5. Kurangnya waktu persiapan
guru agama dalam mengajar karena disibukkan dengan usaha nonguru untuk
mencukupi kebutuhan ekonomis sehari-hari dan sebagainya.
6. Kurikulum yang terlalu overloaded,
karena terlalu banyak menampung keinginan tanpa mengarahkan kepada prioritas.
7. Hubungan guru agama dengan
murid hanya bersifat formal, tanpa berkelanjutan dalam situsi informal di luar
kelas.
8. Petugas supervisi
(pengawas dan penilik) tidak berfungsi sesuai harapan. Karena terdiri atas
tenaga-tenaga yang nonprofesional.
9. Di lingkungan lembaga
pendidikan Islam problema saat ini berkisar pada kurangnya keahlian dalam
manajemen, kualitas guru kurang kompeten, orentasi pendidikan yang belum
sepenuhnya mengacu kepada kebutuhan pembangunan masa kini dan mendatang, serta
fasilitas kependidikan yang belum memadai.
10. Belum mantapnya landasan
perundang-undangan yang menjadi dasar berpijak pengelolaan pendidikan agama
dalam sistem pendidikan nasional, termasuk pengelolaan lembaga-lembaga
pendidikan Islam.
11. Pemerataan memperoleh
pendidikan bagi seluruh lapisan masyarakat masih perlu di intensifkan lagi
melalui pendekatan integralistik yang lebih menekankan pada kualitas dari pada
kuantitas.[70]
Dari beberapa
hal di atas, dapat disimpulkan yang menjadi kendala dalam proses pembelajaran
secara umum, dan akhirnya menjadi kendala khusus dalam dunia pendidikan, yaitu:
1.
Rendahnya kualitas sarana fisik atau
keterbatasan sumber belajar.
Untuk sarana fisik misalnya banyak sekali sekolah yang gedungnya rusak,
kepemilikan dan penggunaan media belajar rendah, buku perpustakaan tidak
lengkap. Sementara laboratorium tidak standar, pemakaian teknologi informasi
tidak memadai dan sebagainya. Bahkan masih banyak sekolah yang tidak memiliki
gedung sendiri, tidak memiliki perpustakaan, tidak memiliki laboratorium dan
sebagainya.
2.
Rendahnya kualitas guru
Keadaan guru juga memprihatinkan. Kebanyakan guru belum memiliki
profesionalisme yang memadai untuk menjalankan tugasnya sebagaimana disebut
dalam Pasal 39 UU No 20 atau 2003 yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan
pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan, melakukan
pelatihan, melakukan penelitian dan melakukan pengabdian masyarakat.
Walaupun guru atau pengajar bukan satu-satunya faktor penentu
keberhasilan pendidikan, tetapi pengajaran merupakan titik sentral pendidikan
dan kualifikasi, sebagai cermin kualitas, tenaga pengajar memberikan andil
sangat besar pada kualitas pendidikan yang menjadi tanggungjawabnya. Kualitas
guru dan pengajar yang rendah juga dipengaruhi oleh masih rendahnya tingkat
kesejahteraan guru.
3.
Rendahnya kesejahteraan guru
Rendahnya kesejahteraan guru juga mempunyai peran dalam membuat rendahnya
kualitas pendidikan, karena disisi lain guru juga mencari nafkah sebagai
kebutuhannya sehari-hari.
4.
Rendahnya prestasi siswa
Dengan keadaan yang demikian itu (rendahnya sarana fisik, kualitas guru,
dan kesejahteraan guru) pencapaian prestasi siswa pun menjadi tidak memuaskan.
5.
Mahalnya biaya pendidikan atau keterbatasan dana
Pendidikan bermutu itu mahal, kalimat ini sering muncul untuk
menjustifikasi mahalnya biaya yang harus dikeluarkan masyarakat untuk mengenyam
bangku pendidikan. Mahalnya biaya pendidikan dari Taman Kanak-Kanak (TK) hingga
Perguruan Tinggi (PT) membuat masyarakat miskin tidak memiliki pilihan lain,
kecuali tidak bersekolah.[71]
Banyak alternatif yang dapat diambil oleh seluruh pelaku, peneliti
sekaligus pakar pendidikan dalam mengatasi problematika atau pun kendala yang terjadi baik di dunia
pendidikan ummnya dan dalam proses pembelajaran PAI khususnya, yang terpenting
dari itu adalah komitmen dari semua pihak dan realisasi dari program yang
direncanakan secara sungguh-sungguh untuk merubah proses pendidikan yang masih
mengalami banyak kendala menjadi lebih baik.
E. Hubungan Metode Game dengan Pembelajaran Materi
Zakat
Metode game dapat diterapkan pada
setiap pelajaran, termasuk pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI). Pada
pelajaran PAI dapat diterapkan metode game bila pelajaran tersebut berada pada
siang hari, karena pada jam tersebut siswa lebih mudah mengantuk, dan ketika
siswa tampak jenuh dalam belajar.
Metode ini dilakukan setelah guru
memberikan materi pelajaran, dan kemudian baru diterapkan metode ini, karena
siswa mudah dalam memahaminya. Materi yang cocok diterapkan untuk metode game
adalah yang menyangkut dengan sejarah, karena pada materi ini sangat mudah
mengalami kebosanan bagi siswa, maka perlu metode game. Pada metode ini yang
lebih berperan adalah siswa, sedangkan guru hanya mengarahkannya saja, sehingga
siswa tersebut harus lebih pro-aktif, bukan pasif. Menurut Ramayulis, bentuk
pengaplikasian metode game ini menjadi tiga pembelajaran, yaitu “permainan
bebas, melakonkan suatu cerita, dan sandiwara.”[72]
1.
Permaian Bebas
Permainan dibuat dengan isi pertanyaan-pertanyaan untuk mengetes
pengetahuan siswa yang didapat dari presentasi kelas dan latihan kelompok. Game
dimainkan dengan meja yang berisi tiga siswa yang diwakili kelompok berbeda.
Siswa mengambil kartu yang bernomor atau bisa juga dengan permainan bebas,
ini dapat diterapkan pada pelajaran PAI adalah ketika ketika mereka mendengar
atau membaca tentang cerita sejarah, misalnya tentang kepahlawanan
pejuang-pajuang Islam, mereka seolah-olah berada di zaman itu dan berbuat
seakan akan dialah pahlawan-pahlawan Islam itu. Fantasi dan imajinasinya
mendorong mereka untuk memerankan segala sifat-sifat kepahlawanan yang
digambarkan dalam cerita yang dibacaka atau didengarkannya. Semangatnya bangkit
untuk berbuat amar makruf nahi mungkar, dan
pada saat yang lain mereka spontan bermain perang-perangan. Dengan permainan
bebas ini tidak terdapat acuan atau sknario yang harus diikuti, guru hanya
mengemukakan cerita sedikit saja, selanjutnya langsung diperankan oleh siswa.
2.
Melakonkan suatu cerita
Cara
yang dilakukan dalam pelakonan suatu cerita adalah dengan melakonkan suatu
cerita atau mempertunjukkan suatu tingkah laku tertentu yang disimak dari suatu cerita. Caranya dapat
bermacam-macam. Cerita itu dibacakan keras-keras baik oleh guru maupun oleh
siswa, kemudian siswa mencoba meniru tingkah laku atau perbuatan yang diceritakan itu melalui pantomim. Guru
mungkin terlebih dahulu mendiskusikan tingkah-tingkah yang sekiranya dapat
dapat dilakonkan dan siswa berfantasi atau membayangkan betapa tingkah-tingkah yang
dibicarakan itu dapat dinyatakan dalam bentuk game.
3.
Sandiwara
Siswa juga dapat secara bebas
memainkan boneka atau wayang yang dibawa mereka atau yang telah disediakan oleh
sekolah-sekolah yang ada. Ide-ide cerita dapat dirangsang melalui berbagai media
seperti cerita guru. Sehingga dengan demikian siswa lebih termotivasi untuk
belajar dengan sandiwara yang dimainkan tersebut, sehingga siswa lebih
termotivasi lagi dengan untuk belajar dengan giat.
Metode
game lebih diidentikkan dengan permainan, dan permainan tersebut sangat disukai
oleh anak-anak. Maka penerapan metode ini layak untuk diterapkan kepada siswa
dalam pembelajaran, terutama pada pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI).
Metode
game ini dilakukan untuk mencegah kebosanan dan kejenuhan siswa dalam belajar,
karena dengan metode ini siswa bisa senang dan riang dalam belajar. Dengan
penerapan metode ini siswa senang dalam belajar, dan setiap yang ia senangi
tentunya menarik pula untuk belajar lebih giat, maka dengan giat tersebut siswa
bisa mendapatkan hasil belajar yang bagus dan memuaskan, sehingga metode ini
layak dugunakan dan berhasil untuk kita terapkan bagi siswa dalam proses
pembelajaran.
Keberhasilan
metode game ini sangat dirasakan oleh guru dalam menemukan siswa-siswa yang berperkembangan,
terutama pada pelajaran Pendidikan Agama Islam. Karena pada pelajaran ini siswa
mudah terjadi titik jenuh dalam mempelajari pelajaran ini. Maka dengan game ini
merupakan solusi terbaik untuk diterapkan dalam pelajaran tersebut.
Hal yang
tersebut di atas sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Zakiah Daradjat,
bahwa “ketika peserta didik bermain secara bebas tampak bahwa mereka melakukan
berbagai kegiatan secara spontan dan menanggapi dunia sekitarnya dengan alam
fantasi dan imajinasinya sendiri,dan permaian itu semata-mata untuk memenuhi
hasrat terpendam tanpa maksud orang lain untuk melihatnya.”[73]
Dari kitipan ini jelas bahwa penerapan metode ini cocok dan sesuai digunakan
dalam pembelajaran.
Bila
siswa membaca dan mendengar cerita sejarah, misalnya tentang kepahlawanan
pejuang-pejuang Islam, mereka seolah-olah berada di zaman itu dan berbuat
seakan-akan dialah pahlawan-pahlawan Islam itu. Fantasi dan imajinasinya
mendorong mereka untuk memerankan segala sifat-sifat kepahlawanan yang digambarkandalam
cerita yang dibacanya atau didengarnya.
Semangatnya
bangkit untuk berbuat kebaikan dan mencegah kemungkaran, dan pada saat yang
lain secara spontan melakukan permainan bebas tidak terdapat acuan dan
skenario, dan guru hanya memberikan sedikit saja pengarahan, sedangkan yang
lain langsung diperagakan oleh siswa dalam permainan.
Pembelajaran PAI dengan metode game
akan menjadi lebih baik, bermakna, dan tetap menyenangkan apabila dalam
pelaksanaan berdasarkan pada prinsip-prinsip yang dikembangkan oleh beberapa
pakar sebagai berikut :
1)
Gamean
yang dikembangkan hendaknya permainan yang terkait langsung dengan konteks
keseharian peserta didik.Permainan diterapkan untuk merangsang daya pikir,
2)
mengakses
informasi dan menciptakan makna-makna baru,
3)
Permainan
yang dikebangkan haruslah menyenangkan dan mengasyikan bagi peserta didik,
4)
Permainan
dilaksanakan dengan landasan kebebasan menjalin kerja sama dengan peserta didik
lain,
5)
Permainan hendaknya menantang dan mengandung unsur kompetisi yang
memungkinkan peserta didik semakin termotivasi menjalani proses tersebut,
6)
Penekanan
permainan linguistic pada akuransi isinya, sedangkan permainan komunikatif
lebih menekankan pada kelancaran dan suksesnya komunikasi,
7)
Permainan
dapat dipergunakan untuk semua tingkatan dan berbagai keterampilan berbahasa
sekaligus.[74]
Dengan
demikian agar proses pembelajaran lebih serius, menyenangkan dan tidak menekan
siswa dalam belajar, maka peneliti memilih metode game dalam pembelajran PAI
pada materi zakat sangat membantu untuk meninggkatkan hasil belajar siswa dan
siswa juga dapat mengerjakan langsung sesuai arahan dan program belajar yang di
siapkan oleh guru. Dengan kata lain jika pelaksanaan metode game dalam
pelajaran pendidikan agama islam sudan efektif, maka metode game dapat meningkatkan
hasil belajar siswa.
[1] Armai
Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat
Press, 2002), hal. 39.
[2] Syaiful
Bahri Djamarah dan Aswan Zein, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2006), hal. 87.
[3] Ramayulis,
Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, cet. VII, (Jakarta: Kalam
Mulia, 2012), h. 382.
[7]Nasution S, Didaktik Asas-asas
Pengajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), hal. 8.
[8]Muhibbin Syah, Psikologi
Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Rosda Karya, 2004), hal. 54.
[9]Mansyur, Strategi Belajar
Pengajaran, (Jakarta: Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 2005), hal. 106.
[17] Sayyid
Sabiq, penerjemah Noer Hasanudian, Lc, MA ,dkk. Fiqih Sunnah Jilid 1, (Jakarta Selatan : Pena Pundi Aksara. Cetakan 1, Maret 2006), Hal. 497.
[33]Drs.Syaiful Bahri Djamarah,Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru,
(Surabaya: Usaha Nasional, 2004), hal. 19.
[35]Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa
Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka), hala. 700.
[37] Drs.Syaiful Bahri Djamarah,Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru,
(Surabaya: Usaha Nasional,2004), hal. 19.
[40] Dewa Ketut Sukardi, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah (Surabaya,
Usaha Nasional,2009), hal. 17.
[43] Sutratinah Tirtonegoro, Anak Supernormal dan Program Pendidikannya,
(Jakarta : Bina Aksara,2004), hal. 27.
[44] Nana sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2009), hal. 72.
[63]Zakiah Daradjat, dkk, Metodik
Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hal. 140.
[64]Syaiful
Bahri Djamarah, Aswan Zain, Strategi
Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hal. 126.
[66]Hasibuan, JJ &
Moedjiono, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2003), hal.
64.
[68]Abdul Majid, Dian Andayani, Pendidikan
Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung: Rosda, 2006), hal. 171.
[69]Muzayyin Arifin, Kapita
Selekta Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), hal. 149-153.
[70]Muzayyin Arifin, Kapita
Selekta Pendidikan Islam....., hal. 165.
[71]Arief S. Sadiman, Media Pendididkan dan Pemanfaatannya,
(Jakarta: Rajawali Pres, 2009), hal. 31.
[74] Hadfield,Metode Pendidikan Dalam Konsep Penelitian Tindakan,(Jakarta: Rineka Cipta, 2009), hal. 8-10.
Komentar
Posting Komentar