bab II metode game

BAB II
METODE PEMBELAJARAN GAME DAN MATERI ZAKAT
A.  Pengertian Metode Pembelajaran Game
Permainan (games) populer dengan berbagai sebutan, seperti ice breaker  berarti pemanasan dan energizer berarti penyegaran. Secara etimologi, ice breaker  berarti pemecah es. Dalam pembelajaran, istilah ini berarti pemecah situasi kebekuan fikiran atau fisik siswa. Permainan dimaksudkan untuk membangun suasana belajar yang dinamis, penuh semangat dan antusiasme.[1]
            Karakteristik permainan (games)  adalah  menciptakan suasana belajar yang menyenangkan (fun) serta serius tapi santai (dapat disingkat sersan). Permainan digunakan untuk penciptaan suasana yang semula pasif menjadi aktif, kaku menjadi luwes,  jenuh menjadi riang (segar). Metode ini diarahkan agar tujuan belajar dapat dicapai secara efektif dan efisien dalam suasana gembira meskipun membahas hal-hal yang sulit.[2]
            Dalam keseharian, kita mungkin bertanya, mengapa anak-anak selalu bersemangat saat bermain? Tidak pernah merasa lelah untuk aktivitas satu ini. Namun ketika tiba giliran belajar, mereka cepat sekali merasa jenuh.
            Dengan bermain, siswa mengekspresikan diri dan gejolak jiwanya. Karena itu, dengan permainan, seorang guru dapat mengetahui gejolak serta kecenderungan jiwa anak dan sekaligus dapat mengarahkannya. Dalam ajaran agama, orang tua dianjurkan untuk sering-sering bermain dengan anak. Nabi Muhammad saw bersabda: ”Siapa yang memiliki anak, maka hendaklah ia menjadi anak pula”. Dalam arti, hendaklah ia memahami, menjadi sahabat dan teman bermain anaknya. Di kali lain, Rasulullah saw bersabda: ”Siapa yang menggembirakan hati anaknya, ia bagaikan memerdekakan hamba sahaya. Siapa yang bergurau untuk menyenangkan hatinya, maka ia bagaikan menangis karena takut kepada Allah”.[3]
Tentu saja permainan dalam pembelajaran tidak hanya sekedar permainan atau hanya untuk mengisi kekosongan waktu. Permainan sebaiknya dijadikan sebagai bagian dari proses belajar. Permainan dirancang menjadi suatu aksi atau kejadian yang dialami sendiri oleh siswa kemudian dalam proses refleksi, disimpulkan untuk mendapat hikmah yang mendalam. game adalah permainan yang dirancang sedemikian rupa untuk meningkatkan kecerdasan anak didik.
Pengertian metode yang lebih khusus diartikan sebagai suatu cara atau siasat menyampaikan bahan pelajaran agar anak didik mengetahui, memahami, mempergunakan dan dengan kata lain menguasai bahan pelajaran tersebut. Menurut anggani sundono bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tampa mengunakan alat yang menghasilkan pengertian atau memberikan informasi, memberikan kesenangan maupun mengambarkan imajinasi kepada anak.[4] Dari pengertian metode dan bermain diatas dapat disimpulkan adalah cara menyampaikan pelajaran pendidikan agama islam dengan cara menyenangkan, baik dengan atau pun tanpa mengunakan alat, dengan harapan agar himbauan, nasihat dan bimbingan dapat berbekas dalam diri anak didik yang dapat dijadikan pedoman dalam bertingkah laku.[5]
Sebelum kita bahas tentang pengertian metode pengajaran game secara mendalam, maka perlu kita pahami terlebih dahulu pengertian metode. Menurut Ramayulis, pengertian metode adalah Langkah-langkah strategi dipersiapkan untuk melakukan suatu pekerjaan.[6] Maka dari kutipan ini dapat disimpulkan bahwa metode adalah suatu cara dalam melakukan atau mempersiapkan proses belajar mengajar
Sedangkan pengajaran adalah suatu usaha sadar yang sangat komplek, sehingga sukar menentukan bagaimana sebenarnya pengajaran yang baik.[7] Selanjutnya Menurut Muhibbin Syah, dalam bukunya Psikologi Pendidikan, menyatakan bahwa pengertian pengajaran adalah menanamkan pengetahuan sebanyak-banyaknya dalam diri siswa.[8] Selanjutnya Mansyur juga mengungkapkan pengertian pengajaran adalah pengajaran merupakan usaha penyampaian kebudayaan kepada siswa.[9]
Dari beberapa pengertian tentang pengajaran yang tersebutkan di atas, maka tentu saja yang diinginkan adalah agar siswa tidak hanya mengenal kebudayaan bangsa, kebudayaan suku dan marganya saja, akan tetapi lebih dari itu diharapkan agar anak-anak bisa memperkaya kebudayaan tersebut dengan menciptakan kebudayaan baru sesuai dengan zaman yang senantiasa mengalami perubahan setiap waktu.
 Dengan memahami pengertian pengajaran, seorang guru dapat lebih berhati-hati dalam melaksanakan tugasnya dalam pengajaran, serta dapat memperbaiki kekurangan-kekurangan yang dilakukannya sehingga ia akan terus berhasil dalam mendidik dan pengajaran. Dalam hal ini guru memegang peranan utama, sedangkan siswa tinggal menerima, bersifat pasif. Ilmu pengetahuan yang diberikan kepada siswa kebanyakan hanya diambil dari buku-buku pelajaran saja, tanpa dikaitkan dengan realitas kehidupan sehari-hari siswa.
            Metode mengajar yang digunakan guru harus sesuai dengan materi yang diberikan, serta metode yang digunakan tidak fakum atau menonton hanya pada satu metode saja. Hal ini senada dengan pendapat yang dikemukakan oleh James Popham, bahwa pengajaran secara efektif sangat bergantung pada pemilihan dan penggunaan metode yang serasi dengan tujuan pengajaran.[10] Maka untuk ini guru perlu menggunakan metode game.
            Metode mengajar game adalah sesuatu cara yang digunakan guru dalam pengajaran dengan gaya sambil bermain, hal ini sesuai dengan apa yang dijelaskan oleh Muhibbin Syah, bahwa metode belajar game adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara pengajaran yang dipergunakan oleh seorang guru dengan gaya sambil bermain.[11] Maka guru di sini berperan seolah-olah sebagai teman bagi siswa yang bisa membuat siswa tidak merasa bosan dengan apa yang sedang diajarkan guru yang bisa membuat siswa lebih termotivasi dalam belajar.
            Disebut metode game sebagai salah satu metode pengajaran pada pelajaran Pendidikan Agama Islam adalah karena suatu pembelajaran yang diterapkan pada pelajaran Agama tersebut dengan cara belajar sambil bermain. Hal ini dilakukan untuk mengatasi siswa dari kebosanan dalam belajar dan siswa lebih termotivasi dengan metode tersebut.[12]
            Setiap metode pengajaran tidak terlepas dari kelebihan dan kekurangannya, karena dalam penerapannya selalu mengalami kendala, baik dari siswa maupun dari guru sebagai pengajarnya. Hal ini senada dengan pendapat yang dikemukakan oleh Ramayulis dalam bukunya Metodolagi Pendidikan Agama Islam, bahwa penggunaan metode pengajaran dalam penerapannya terdapat kebaikan dan kelemahannya.
a.        Kelebihan Metode Game
            Menurut Ramayulis keuntungan atau kebaikan yang diperoleh dengan melaksanakan metode game, adalah sebagai berikut.
1.        Untuk pengajarankan siswa supaya bisa menempatkan dirinya dengan orang lain
2.      Guru dapat melihat kenyataan yang sebenarnya dari kemampuan dari siswa
3.      Permainan game menimbulkan diskusi yang hidup
4.      Siswa akan mengerti aneka permainan
5.      Metode game dapat menarik siswa dalam belajar
6.      Melatih siswa untuk berinisiatif dan berkreasi.[13]
            Dari kutipan di atas, menunjukkan bahwa penggunaan metode game mempunyai kelebihan dalam pelaksanaannya, sehingga dalam pelaksanaan pemebelajaran perlu diterapkan metode game, agar siswa menarik dan tidak mudah jenuh dalam belajar, terutama pada pelajaran Pendidikan Agama Islam.
            Dengan game setiap siswa diberi tugas memerankan hal-hal yang sesuai dengan kemampuannya, sehingga dalam pelakasanaannya setiap siswa merasa bertanggung jawabterhadap pelaksanaannya. Pelaksanaan metode game selalu sangkut paut antara satu siswa dengan siswa lainnya, sehingga dengan cara yang demikian siswa akan merasa perasaan orang lain.
            Dengan metode game kadang-kadang guru hanya mengetahui kemampuan siswa dengan jalan observasi saja, sehingga guru tidak bisa melihat dengan sebenarnya sampai di mana kemampuan siswa dalam memainkan perannya. Sesudah game dilaksanakan, ini akan menimbulkan diskusi yang hidup, bukan saja bagi permainan game, tetapi juga penonton.[14] Terutama sekali kalau yang diperankan itu masalah menarik bagi siswa atau masalah hangat dibicarakan.
            Dalam game siswa tentunya akan berhadapan dengan masalah yang berhubungan dengan kehidupan manusia. Tentu saja dalam pelaksanaannya siswa akan memecahkan masalah-masalah yang ada hubungannya dengan sesama manusia tersebut.
            Metode game ini dapat menarik minat siswa, bukan karena ini merupakan metode baru, akan tetapi dalam metode ini siswa akan dapat menemui bermacam-macam pengalaman yang berguna dalam kehidupannya sehari-hari. Selain ini dalam metode ini siswa dituntut untuk mengeluarkan pendapatnya pada waktu menyelesaikan sebuah permainan, dan di samping itu mereka juga dapat mengembangkan daya fantasinya dalam peran yang diinginkan.
b.        Kekurangan Metode Game
            Menurut Ramayulis, kelemahan-kelemahan yang didapatkan dalam penerapan metode game adalah, sebagai berikut.
1.   Sukar untuk memilih anak-anak yang kreatif dalam setiap permainan game
2.   Tidak semua siswa bisa berperan dalam game tersebut, sehingga siswa tersebut menjadi pasif
3.   Membutuhkan waktu yang lama untuk setiap game yang dilakukan
4.   Kalau guru kurang bijaksana, tujuan yang ingin dicapai tidak memuaskan.[15]
            Berdasarkan kutipan di atas, dapat kita simpulkan bahwa ada beberapa yang terdapat dalam penerapan metode game, maka oleh sebab itu perlu adanya penyesuaian dalam memilih siswa agar semua siswa bisa kena giliran dalam game, guru harus bijaksana dalam menanggapi pelaksanaan metode tersebut, serta guru berupaya untuk semua siswa bisa kreatif.
            Dalam pelaksanaan metode ini peranan yang diperankan oleh tiap-tiap anak hendaknya betul-betul dilaksanakan seperti apa yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini tentu saja tidak akan bisa dilaksanakan kecuali siswa yang betul-betul berbakat dan kreatif.
            Setiap metode yang dipakai ada suatu tujuan yang harus dicapai terutama sekali tujuan yang berhubungan dengan persoalan cara bertingkah laku dalam kehidupan kelompok. Oleh sebab itu jangan dipergunakan untuk mencapai suatu tujuan yang bertentangan dengan tujuan di atas.
            Untuk mencapai kesuksesan dalam pelaksanaannya ada langkah-langkah yang harus ditunjuki oleh siswa. Oleh sebab itu guru harus memberikan pengertian yang mendalam terhadap anak-anak. Apabila guru tidak memberikan pengertian tentang langkah-langkah yang harus ditempuh, maka game tersebut tidak akan terlaksana dengan yang diharapkan, akan tetapi akan terlaksana secara serampangan saja, sehingga hasil yang ingin dicapai tidak memuaskan.
B.  Pengertian Zakat dan Macam-macam Zakat
Menurut Bahasa (lughat), zakat berarti tumbuh, berkembang, kesuburan atau bertambah (HR. At-Tirmidzi) atau dapat pula berarti membersihkan atau mensucikan sebagai mana firman Allah dalam QS. At-Taubah : 11
bÎ*sù (#qç/$s? (#qãB$s%r&ur no4qn=¢Á9$# (#âqs?#uäur no4qŸ2¨9$# öNä3çRºuq÷zÎ*sù Îû Ç`ƒÏe$!$# 3 ã@Å_ÁxÿçRur ÏM»tƒFy$# 5Qöqs)Ï9 tbqßJn=ôètƒ

Artinya: Jika mereka bertaubat, mendirikan sholat dan menunaikan zakat, Maka (mereka itu) adalah saudara-saudaramu seagama. dan kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi kaum yang Mengetahui.[16]

Menurut Hukum Islam (istilah syara’), zakat adalah nama bagi suatu pengambilan tertentu dari harta yang tertentu, menurut sifat-sifat yang tertentu dan untuk diberikan kepada golongan tertentu. [17] Jadi zakat merupakan sebahagian harta yang di berikan kepadaa orng tertentu dengan keten tuan yang di tetapkan dalam Al Quran untuk membersihkan diri (fitrah) dan membersihkan harta (zakat mal), dengan katalain zakat adalah untuk membersihkan diri dan harata yang di sedekahkan kepada orang-orang yang telah ditentukan dalam Al Quran.
1. Zakat Fitrah
a. Pengertian Zakat Fitrah
Zakat memiliki arti berkembang, bertambah, dan suci. Fitrah berarti asal kejadian (manusia). Yang dimaksud zakat fitrah adalah zakat yang wajib dikeluarkan oleh setiap meslim, baik laki-laki dan perempuan maupun tua dan muda, berupa bahan makanan pokok sesuai kadar yang ditentukan syarak.[18] Jadi zakat fitrah merupakan zakat yang wajib di berikan oleh tiap-tiap orang muslim kepada orng-orang yang ditentukan syarak di bulan ramadhan untuk mensucikan dirinya.
a.    Hukum Zakat Fitrah
Mengeluarkan zakat fitrah hukumnya fardu ‘ain, yaitu wajib atas setiap muslim, termasuk kewajiban atas anak yang baru dilahirkan ibunya pada malam hari raya Idul Fitri.
c. Syarat Wajib Zakat Fitrah
1)   Islam
2)   Dilaksanakan setelah terbenamnya matahari pada akhir bulan Ramadan hingga sebelum mengerjakan salat Idul Fitri
3)   Mempunyai harta lebih daripada keperluan untuk dirinya dan orang-orang yang menjadi tanggungannya.
d. Rukun Zakat Fitrah
1)   Niat berzakat
2)   Muzakki (orang yang mengeluarkan zakat)
3)   Mustahik (orang yang menerima zakat)
4)   Makanan pokok yang dizakatkan
e. Waktu Mengeluarkan Zakat Fitrah
1)   Waktu mubah adalah dari awal Ramadan sampai akhir bulan Ramadan
2)   Waktu wajib adalah sesudah terbenamnya matahari pada akhir bulan Ramadan
3)   Waktu afdal adalah sesudah salat Subuh pada akhir bulan Ramadan sampai sebelum mengerjakan salat Idul Fitri
4)   Waktu makruh adalah sesudh salat Idul Fitri sampai tiba waktu salat Maghrib
5)   Waktu haram adalah sesudah terbenamnya matahari pada hari raya Idul Fitri.
f. Manfaat Zakat Fitrah
1)   Sebagai tanda syukur atas nikmat yang diberikan Allah SWT
2)   Penyempurnaan puasa seseorang pada bulan Ramadan sehingga diterima oleh Allah SWT
3)   Membersihkan diri dari sifat kikir dan akhlak tercela
4)   Meringankan beban fakir miskin
5)   Menumbuhkan sikap persaudaraan antar sesama muslim dan meninkatkan kesetiakawanan.[19]
Contoh: Pak Sobirin bingung mengelurkan zakat untuk seluruh anggota keluarganya. Istri pak Sobirin baru saja melahirkan anaknya pada malam hari raya Isul Fitri tepat jam 20.00 WIB. Dia juga masih menanggung ibu, tiga orang anak, dan seorang tukang kebun. Berapa seharusnya besar zakat yang harus dikeluarkan oleh pak Sobirin? Untuk mempermudah perhitungan, perhatikanlah langkah-langkah berikut:
a.    Bagi bayi yang lahir sesudah matahari terbenam pada akhir bulan Ramadan, tidak wajib zakat, meski demikian pak Sobirin ingin mengeluarkan zakat untuk anaknya. Apabila pak Sobirin akan mengeluarkan zakat fitrah berupa beras, maka perhitungan zakat yang harus dikeluarkan adalah
8 orang X 2,5 kg beras = 20 kg beras
8 orang X 3,5 liter beras = 28 liter beras
b.    Apabila pak Sobirin menggantinya dengan uang, maka zakat yang harus dikeluarkan adalah:
20 kg beras X harga 1 kg beras
20 kg X Rp 5.00,- = Rp 100.000.[20]

2. Zakat Mal
1. Pengertian Zakat Mal
Zakat mal berarti membersihkan harta dengan mengeluarkan sebagian dari harta yang dimiliki dan diberikan kepada orang yang berhak menerimanya apabila sudah mencapai nisab Allah SWT berfirman QS At-Taubah:103:
õè{ ô`ÏB öNÏlÎ;ºuqøBr& Zps%y|¹ öNèdãÎdgsÜè? NÍkŽÏj.tè?ur $pkÍ5 Èe@|¹ur öNÎgøn=tæ ( ¨bÎ) y7s?4qn=|¹ Ö`s3y öNçl°; 3 ª!$#ur ììÏJy íOŠÎ=tæ 
Artinya: Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui. (At-Taubah:103)[21]
2. Hukum Zakat Mal
Hukum zakat mal sama seperti zakat fitrah, yaitu fardu ’ain. Firman Allah SWT QS Al-Baqarah ; 277:
¨bÎ) šúïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#qè=ÏJtãur ÏM»ysÎ=»¢Á9$# (#qãB$s%r&ur no4qn=¢Á9$# (#âqs?#uäur no4qŸ2¨9$# óOßgs9 öNèdãô_r& yZÏã öNÎgÎn/u Ÿwur ì$öqyz öNÎgøŠn=tæ Ÿwur öNèd šcqçRtóstƒ
Artinya : Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Al-Baqarah ; 277)[22]
3. Syarat Wajib Zakat Mal
a.    Islam
b.    Merdeka
c.    Milik yang sempurna
d.   Cukup senisab
e.    Barang yang dimiliki cukup setahun
4. Rukun Zakat Mal
a.    Niat
b.    Muzakki
c.    Mustahik
d.   Harta yang dizakatkan[23]
5. Jenis Harta yang Wajib dizakatkan
a) Emas dan perak
Besarnya nisab emas 94 gram, nisabnya perak 200 gram, zakat yang harus dikeluarkan adalah 2,5% tiap satu tahun. Orang yang tidak mau membayar zakat mendapat siksa. Allah SWT berfirman QS At-Taubah, 34:
šúïÏ%©!$#ur šcrãÉ\õ3tƒ |=yd©%!$# spžÒÏÿø9$#ur Ÿwur $pktXqà)ÏÿZムÎû È@Î6y «!$# Nèd÷ŽÅe³t7sù A>#xyèÎ/ 5OŠÏ9r&
Artinya : Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, Maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih, (At-Taubah : 34)[24]
Contoh :
Ibu Fatma memiliki perhiasan emas sebanyak 150 gram, yang biasa dipergunakan adalah sebanyak 40 gram, setelah berjalan 1 tahun, berapa zakat yang harus dikeluarkannya?
Jumlah perhiasan emas = 150 gram
Yang dipergunakan = 40 gram
Emas yang disimpan = 150 – 40 = 110 gram
Nishab zakat emas adalah 85 gr
Perhiasan emas yang dimiliki oleh ibu Fatmah sudah wajib dizakati karena melebihi nishab dan mencapai haul. Cara menghitungnya adalah :
110 x 2,5% = 2,75 gram atau jika dnilai dengan uang adalah sebagai berikut : Jika harga 1 gram emas adalah Rp 100.000, maka 110 gram emas = Rp 11.000.000, maka zakatnya adalah 11.000.000 x 2,5 % = Rp 275.000, Jadi zakatnya adalah 2,75 gr atau Rp 275.000,
Nishab zakat perak adalah 595 gram, (2) Haul selama 1 tahun, (3) Kadar yang wajib dikeluarkan zakatnya adalah 2,5%, (4) Cara penghitungan sama dengan penghitungan zakat emas.[25]
b) Perniagaan
Zakat perniagaan adalah zakat yang dikeluarkan dari harta niaga. Firman Allah SWT QS Al-Baqarah, 267:
$ygƒr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#þqãZtB#uä (#qà)ÏÿRr& `ÏB ÏM»t6ÍhŠsÛ $tB óOçFö;|¡Ÿ2 !$£JÏBur $oYô_t÷zr& Nä3s9 z`ÏiB ÇÚöF{$# ( Ÿwur (#qßJ£Jus? y]ŠÎ7yø9$# çm÷ZÏB tbqà)ÏÿYè? NçGó¡s9ur ÏmƒÉÏ{$t«Î/ HwÎ) br& (#qàÒÏJøóè? ÏmÏù 4 (#þqßJn=ôã$#ur ¨br& ©!$# ;ÓÍ_xî îŠÏJym
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang kami keluarkan dari bumi untuk kamu. (Al-Baqarah : 267)[26]
Ketentuan zakat perniagaan (1) Nishab zakat niaga adalah senilai dengan 85    gram emas, (2) Usaha tersebut telah berjalan selama 1 tahun, (3) Kadar yang dikelaurkan adalah 2,5%, (4) Dapat dinayarkan dengan uang atau barang, (5) Dikenakan pada perdagangan maupun perseroan.[27]
Cara penghitungan : (Modal diputar + keuntungan + piutang) – (hutang + kerugian) x 2,5% = Zakat. Contoh : Ibu Azizah seorang pedagang kelontong, walaupun tokonya tidak begitu besar ia memiliki aset (modal) sebanyak Rp 6.000.000, setiap harinya ia mendapatkan keuntungan bersih sebesar Rp 3.000.000, bulan. Usaha itu ia mulai pada bulan Januari 2005, setelah berjalan 1 tahun pada bulan tersebut ia mempunyai piutang yang dapat dicairkan sebesar Rp 3.000.000, dan hutang yang harus ia bayar pada bulan tersebut sebesar Rp 3.100.000.
Jawab: Zakat dagang dianalogikan kepada zakat emas, nishabnya adalah 85gr emas, mencapai haul dan dengan tarif 2,5%. Aset atau modal yang dimiliki Rp 6.000.000, Keuntungan setiap bulan Rp 3.000.000, x12 = 36.000.000, Piutang sejumlah Rp 3.000.000, Hutang sejumlah Rp 3.100.000,
Penghitungan zakatnya adalah ; (Modal + untung + piutang ) – (hutang ) x 2,5%= zakat (6.000.000 + 36.000.000 + 3.000.000) – (3.100.000,-) x 2,5% = Rp 1.047.500, Jadi zakatnya adalah Rp 1.047.500.
c) Binatang ternak
Binatang ternak yang wajib dikeluarkan zakatnya, antara lain sapi, kerbau, kambing, dan unta. Binatang yang digunakan untuk membajak sawah atau menarik gerobak tidak wajib dikenakan zakat.
d) Hasil tanaman dan buah-buahan
Tanaman hasil pertanian meliputi makanan pokok, seperti beras, jagung, padi, dan gandum. Sedangkan yang termasuk buah-buahan termasuk anggur dan kurma wajib dizakatkan apabila sudah mencapai nisab. Nisabnya adalah 5 wasaq (750 kg beras/930 lt beras). Zakat yang dikeluarkan 10% apabila diairi dengan air hujan/sungai. Akan tetapi, apabila tanaman diairi dengan biaya sendiri, maka zakatnya 5%.
Zakat Unta
Nisab
Zakat
5 – 9
10 – 14
15 – 19
20 – 24
25 – 35
36 – 45
46 – 60
61 – 75
76 – 90
91 – 120
1 ekor kambing
2 ekor kambing
3 ekor kambing
4 ekor kambing
1 ekor anak unta betina (berumur 1 tahun lebih)
1 ekor anak unta betina (berumur 2 tahun lebih)
1 ekor anak unta betina (berumur 3 tahun lebih)
1 ekor anak unta betina (berumur 4 tahun lebih)
2 ekor anak unta betina (berumur 2 tahun lebih)
2 ekor anak unta betina (berumur 3 tahun lebih)

Zakat Kambing
Nisab
Zakat
40 – 120
121 – 200
201 – 300
Setiap bertambah 100 ekor
1 ekor kambing
2 ekor kambing
3 ekor kambing
1 ekor kambing



Zakat Sapi
Nisab
Zakat
30 – 39

40 – 59
60 – 69

70 – 79
1 ekor anak sapi jantan atau betina berumur 1 tahun
1 ekor anak sapi betina berumur 2 tahun
2 ekor anak sapi jantan atau betina berumur 1 tahun
2 ekor anak sapi betina berumur 2 tahun dan
1 ekor anak sapi jantan umur 1 tahun
.[28]
Sumber: Fiqih Sunnah Jilid 1, karangan Sayyid Sabiq.
e) Rikaz atau barang temuan
Setiap harta rikaz/barang temuan berupa emas, perak, atau yang lainnya wajib dikeluarkan zakatnya seperlima tanpa syarat nisab.
f) Profesi
Profesi berarti suatu pekerjaan yang membutuhkan keterampilan khusus, seperti guru, editor, dosen, insinyur, dan dokter. Firman Allah SWT QS Al-Baqarah : 267.
$ygƒr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#þqãZtB#uä (#qà)ÏÿRr& `ÏB ÏM»t6ÍhŠsÛ $tB óOçFö;|¡Ÿ2 !$£JÏBur $oYô_t÷zr& Nä3s9 z`ÏiB ÇÚöF{$# (

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang kami keluarkan dari bumi untuk kamu. (Al-Baqarah : 267)[29]

Beberapa pendapat yang muncul mengenai nishab dan kadar zakat profesi, yaitu :
1.    Menganalogikan secara mutlak zakat profesi kepada hasil pertanian, baik nishab maupun kadar zakatnya. Dengan demikian nishab zakat profesi adalah 653 kg beras dan kadarnya 5 % dan dikeluarkan setiap menerima.
2.    Menganalogikan secara mutlak dengan zakat perdagangan atau emas. Nishabnya 85 gram emas, dan kadanya 2,5% dan dikeluarkankan setiap menerima, kemudian penghitungannya diakumulasikan atau dibayar di akhir tahun.
3.    Menganalogikan nishab zakat penghasilan dengan hasil pertanian. Nishabnya senilai 653 kg beras, sedangkan kadarnya dianalogikan dengan emas yaitu 2,5 %. Hal tersebut berdasarkan qiyas atas kemiripan (syabah) terhadap karakteristik harta zakat yang telah ada.[30]
Pendapat ketiga inilah yang diambil sebagai pegangan perhitungan. Ini berdasarkan pertimbangan lebih maslahah bagi muzaki dan mustahik. Mashlahah bagi muzaki adalah apabila dianalogikan dengan pertanian, baik nishab dan kadarnya. Namun, hal ini akan memberatkan muzaki karena tarifnya adalah 5 %. Orang yang Berhak Menerima Zakat Mal dan Zakat Fitrah
a.    Fakir, yaitu orang yang tidak memiliki harta dan usaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
b.    Miskin, yaitu orang yang mempunyai pekerjaan, tetapi tidak mencukupi untuk kebutuhan hidupnya
c.    Amil, yaitu orang yang diberi tugas mengumpulkan dan membagikan zakat (panitia zakat)
d.   Mualaf, yaitu orang yang baru masuk Islam dan imannya masih lemah
e.    Riqab, yaitu hamba sahaya yang dijanjikan tuannya akan dimerdekakan dengan membayar tebusan
f.     Gharim, orang yang terlilit hutang untuk keperluan di jalan Allah SWT
g.    Sabilillah, yaitu orang yang berjuang di jalan Allah SWT atau melakukan usaha untuk menegakkan agama Allah SWT
h.    Ibnu Sabil, orang yang sedang dalam perjalanan tetapi bukan maksiat dan kehabisan bekal.[31]
7. Manfaat Zakat Mal
a.  Sebagai tanda syukur kepada Allah SWT atas harta atau kekayaan yang diberikan kepada kita
b.  Untuk menyucikan harta dan kekayaan yang kita miliki
c.  Membersihkan diri dari sifat kikir dan cinta dunia
d. Mengurangi tingkat kejahatan dalam masyarakat akibat kemiskinan.
e.  Memberi ketenteraman dan penghargaan bagi orang-orang yang baru masuk Islam.[32] Dalam hal ini banyak sekali ke mamfaat lain dari pada zakat yang diberikan oleh tiap-tiap orang islam selain memekmurkan kehidupan dunia juga menyelamatkan kita di akhirat nantinya.
C.  Pengertian dan Jenis-jenis Perkembangan Belajar
a.    Pengertian Perkembangan Belajar
Perkembangan belajar adalah sebuah kalimat yang terdiri dari 2 kata”Perkembangan dan  Belajar”,keduanya mempunyai arti yang berbeda, adapun untuk lebih jelasnya  pengertian perkembangan belajar akan diuraikan terlebih dahulu. Menurut Syaiful Bahri Perkembangan adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan baik secara individu maupun kelompok.[33] Menurut pendapat Drs. Zainal Arifin mengenai Perkembangan dalam bukunya “Evaluasi instruksional” yaitu: kata Perkembangan berasal dari bahasa belanda yaitu “Prestatie”. Kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi “Perkembangan” yang berarti “hasil usaha” kata perkembangan banyak digunakan dalam berbagai bidang dan kegiatan, antara lain kesenian, olah raga dan pendidikan.[34] Menurut pusat dan pengembangan bahasa, Perkembangan adalah hasil yang telah dicapai (dari yang dilakukan, dikerjakan).[35] Menurut Pasaribu B. Simanjuntak, Perkembangan adalah yang dicapai setelah mengikuti pendidikan dan latihan tertentu.[36] Dari beberapa pengertian perkembangan yang dikemukakan para ahli diatas, jelas terlihat perbedaan pada kata-kata tertentu sebagai penekanan, namun intinya sama, yakni hasil yang dicapai dari suatu kegiatan.[37] Jadi menurut penulis perkembangan adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, yang menyenangkan hati yang yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja, baik secara individual maupun kelompok dalam bidang kegiatan tertentu. Sedangkan belajar adalah suatu aktivitas yang dilakuan secara sadar untuk mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang telah dipelajari. Hasil dari aktivitas belajar terjadilah perubahan dalam diri individu.
Belajar dikatakan berhasil bila terjadi perubahan dalam diri individu. Sebaliknya, bila tidak terjadi perubahan dalam diri individu, maka belajar dikatakan tidak berhasil.[38] Menurut Whitterington Belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang mengatakan diri sebagai suatu pola baru daripada reaksi yang berupa kecakapan sikap, kebiasaan, kepandaian atau suatu pengertian.[39] Menurut Dewa Ketut Sukardi dalam bukunya bimbingan dan penyuluhan di sekolah mengemukakan:”Belajar’’ adalah suatu proses perubahan tingkah laku melalui pendidikan atau lebih khusus melalui latihan.[40] Sedangkan menurut Slameto Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh sesuatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.[41] Menurut Drs. Abu Ahmadi bahwa Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya.[42] Keempat definisi tersebut menunjukkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku atau kecakapan manusia. Perubahan tingkah laku ini bukan di sebabkan oleh proses pertumbuhan yang bersifatfisiologis atau proses kematangan. Bahkan  perubahan yang terjadi karena belajar dapat berupa perubahan-perubahan dalam kebiasaan, kecakapankecakapan ( skill), atau dalam ketiga aspek yakni pengetahuan (kognitif), sikap (efektif), dan keterampilan (psikomotor). Kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok dalam keseluruhan proses pendidikan. Hal ini mengandung arti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak tergantung kepada bagaimana proses belajar yang di alami oleh peserta didik atau siswa. Dalam setiap perubahan manusia untuk mencapai tujuan, selalu di ikuti dengan pengukuran dan penilaian demikian pula halnya dalam proses belajar.
Dengan mengetahui Perkembangan Belajar anak, kita dapat mengetahui kedudukan anak di dalam kelas apakah anak termasuk kelompok anak pandai, sedang atau kurang. Perkembangan belajar ini menyatakan dalam bentuk angka, huruf maupun symbol dari tiap-tiap periode tertentu. Menurut Sutratinah Tirtonegoro yang di maksud dengan Perkembangan Belajar ialah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk symbol, angka, huruf, maupun kalimat yang mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak dalam periode tertentu.[43]
Perkembangan belajar merupakan suatu masalah yang bersifat parerial dalam sejarah kehidupan manusia karena sepanjang rentang kehidupan manusia selalu mengejar perkembangan menurut bidang dan kemampuan masing-masing. Kehadiran perkembangan dalam kehidupan manusia pada tingkat dan jenis tertentu dapat memberikan kepuasan tertentu pula pada manusia, khususnya manusia yang berada pada bangku sekolah. Dengan demikian penulis dapat menarik kesimpulan bahwa yang di maksud dengan perkembangan belajar adalah penguasaan tingkah laku dan perubahan tingkah laku dalam diri individu sebagai hasil dari aktifitas
belajar dan penilaiannya di wujudkan dalam bentuk nilai atau angka.
b.   Jenis-jenis Perkembangan Belajar
Setiap lembaga pendidikan baik sekolah maupun luar sekolah tentu mempunyai keinginan agar siswa yang didik mempunyai perkembangan yang tinggi, termasuk di dalamnya adalah Pendidikan Agama Islam, (khususnya pada mata pelajaran Fiqih). Untuk mengetahui bahwa siswa telah mencapai perkembangan belajar, seperti apa yang di harapkan pendidik jika di lihat dari adanya perubahan tingkah laku atau sikap dari anak didik. Bloom juga menyatakan bahwa ada tiga bentuk Perkembangan yaitu: kognitif, efektif, dan psikomotorik.[44] Untuk lebih jelasnya akan penulis uraikan tentang maksud dan apa yang akan di capai di dalamnya:
1)   Perkembangan belajar aspek kognitif
Perkembangan belajar siswa pada aspek kognitif ini hanya menitik beratkan pada masalah atau bidang Intektual, sehingga kemampuan akal akan selalu mendapatkan perhatian yaitu kerja otak untuk dapat menguasai berbagai pengetahui yang diterimanya. Perkembangan belajar pada aspek kognitif ini berkenaan dengan hasil belajar Intelektual. Bloom mengklasifikasikan tujuan kognitif menjadi enamm tingkatan yang terdiri dari aspek pengetahuan dan ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi.[45]  Untuk lebih jelasnya akan penulis uraiakan sebagai berikut :
a)    Pengetahuan
Aspek ini mengacu pada kemampuan mengenal atau mengingat materi yang sudut di pelajari dari yang sederhana sampai hal-hal yang sukar. Yang penting di sini adalah kemampuan mengingat keterangan yang berat.[46] Jadi hasil belajar pengetahuan ini penting sebagai persyaratan untukm menguasai dan mempelajari hasil belajar yang lain.
b)   Pemahaman
Aspek ini mengacu pada kemampuan memahami makna materi yang di pelajari. Pada umumnya unsur pemahaman ini menyangkut kemampuan menangkap makna suatu konsep dengan kata-kata sendiri.[47] Jadi dalam memahami sesuatu di perlukan adanya hubungan atau keterpautan antara konsep dengan makna yang ada dalam konsep tersebut. Pemahaman di sini tingkatnya lebih tinggi satu tingkat dari pengetahuan.
c)    Aplikasi
Aplikasi di definisikan sebagai kemampuan untuk menggunakan apa yang di pelajari dalam situasi konkrit yang baru.[48] Jadi siswa mampu menerapkan pengetahuan yang memiliki pada situasi baru. Aplikasi yang lebih tinggi tingkatnya dari pemahaman.
d)   Analisis
Analisis dapat di definisikan oleh siswa sebagaian bukti bahwa ia telah menguasai pengetahuan, pemahaman, dan mampu mengaplikasikan analisis ini di tingkat lebih tinggi dari aplikasi.
e)    Sintesis
Aspek ini mengacu pada kemampuan memadukan berbagai konsep atau komponen, sehingga membentuk suatu pola struktur dalam bentuk baru.[49] f) Evaluasi Evaluasi adalah kesanggupan memberikan kesanggupan memberikan keputusan tentang nilai sesuatu berdasarkan pertimbangan yang telah di milikinya dan keteria yang di pakai.[50]
2)        Perkembangan belajar aspek efektif
Perkembangan belajar efektif ini dapat di katakana berhasil apabila siswa benar-benar mampu bersikap dan bertingkah laku sesuai dengan tujuan pendidikan dan apa yang diharapkan oleh guru. [51] Menurut  Bloom Krathwohl, bahwa manusia dominan efektif berdasarkan lima kategori yaitu :
a)    Penerimaan (receiving)
Aspek ini mengacu pada kepekaan dan kesediaan menerima dan menaruh perhatian terhadap nilai tertentu, seperti kesediaan menerima dan menaruh perhatian terhadap nilai di sekolah.
b) Pemberian respons (responding)
Aspek ini mangacu pada kecenderungan memperlihatkan reaksi terhadap norma tertentu. Menunjukkan kesediaan dan kerelaan untuk merespons, memperhatikan secara aktif, turut berpartisipasi dalam suatu kegiatan, seperti berbuat sesuai tata tertib displin sesuai yang diterima.
c) Penghargaan/ penilaian ( valuing)
Aspek ini mengacu pada kecenderungan menerima suatu norma tertentu, menghargai suatu norma, memberikan penilaian terhadap sesuatu dengan memposisikan diri sesuai dengan penilaian dan mengikat diri pada suatu norma. Seperti telah memperlihatkan perilaku disiplin yang menetapkan dari waktu-kewaktu. [52]
d) Pengorganisasian ( organization)
Aspek ini mengacu pada proses membentuk konsep tentangsuatu nilai serta menyusun suatu sistem nilai-nilai pada dirinya. Pada taraf ini seseorang mulai memilih nilai-nilai dalam dirinya, seperti dengan norma-norma disiplin tersebut.
e) Karakterisasi ( characterization)
Pembentukan pola hidup, aspek ini mengacu pada proses mewujudkan nilai-nilai dalam pribadi sehingga merupakan watak, dimana norma itu tercermin dalam pribadinya. Seperti betul-betul telah menyatu dalam dirinya, aspek ini merupakan tingkat paling tinggi dari domain efektif. [53]
3)   Perkembangan belajar aspek psikomotorik
Ranah psikomotorik adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. [54]  menurut Elizabeth simpson domain psikomotor terbagi atas tujuh kategori yaitu :
a)    Persepsi (perception)
Aspek ini mengacu pada penggunaan alat drior untuk memperoleh kesadaran akan suatu objek atau gerakan dan mengalihkannya kedalam kegiatan atau perbuatan.
 b) Kesiapan (set)
Aspek ini mengacu pada kesiapan memberikan respons secara mental fisik, maupun perasaan untuk suatu kegiatan.
 c) Respons terbimbing ( guided response)
Aspek ini mengacu pada pemberian respons perilaku, gerakangerakan yang diperlihatkan dan di demontrasikan sebelumnya.
d) Mekanisme (mechanical response)
Aspek ini mengacu pada keadaan dimana respons fisik yang di pelajari telah menjadi kebiasaan.
 e) Respons yang kompleks (complex response)
Aspek ini mengacu pada pemberian respons atau penampilan perilaku atau gerakan yang cukup rumit dengan terampil dan efesien.
f) Penyesuaian pola gerakan atau adaptasi (adjustment)
Aspek ini mengacu pada kemampuan menyelesaikan respons atau perilaku gerakan dengan situasi yang baru.
 g) Originasi
Aspek ini mengacu pada kemampuan menampilkan pola-pola gerak gerik yang baru, dalam arti menciptakan perilaku dan gerakan yang baru dilakukan atas prakarsa atau inisiatif sendiri.
c.    Fungsi Utama dalam Melihat Perkembangan Belajar
1.    Perkembangan belajar sebagai Indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai anak didik
2.    Perkembangan belajar sabagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu.
3.    Perkembangan belajar sebagai bahan informasi dalam inovatif pendidikan.
4.    Perkembangan belajar sebagai indikator Internal dan Eksternal dari suatu Institusi pendidikan
5.    Perkembangan belajar dapat di jadikan Indikator terhadap daya serap kecerdasan anak didik. [55]
Jadi di lihat dari beberapa fungsi perkembangan belajar diatas, maka betapa pentingnya kita mengetahui perkembangan belajar anak didik, baik secara perseorangan maupun secara kelompok sebab fungsi perkembangan belajar tidak hanya sebagai indikator kualitas institusi pendidikan. Di samping itu. Perkembangan belajar mengajar dapat menentukan apakah perlu mengadakan diaganosis, bimbingan dan penyuluhan ,untuk keperluan seleksi, untuk keperluan penempatan atau penjurusan, untuk menentukan isi kurikulum, dan untuk menentukan kebijaksanaan sekolah.
D.  Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Belajar Terhadap Hasil Belajar Siswa          
a.    Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Belajar
mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada di dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah adalah faktor yang ada diluar individu.
1)   Faktor-Faktor Internal
Di dalam membicarakan faktor intern ini, akan dibahas menjadi tiga faktor, yaitu faktor jasmaniah, faktor psikologis dan faktor kelelahan.
a) Faktor Jasmaniah
1.    Faktor kesehatan
Agar seseorang dapat belajar dengan baik haruslah mengusahakan kesehatan badannya tetap terjamin dengan cara selalu mengindahkan ketentuan-ketentuan tentang bekerja, belajar, istirahat, tidur, makan, olah raga, rekreasi dan ibadah.

2.    Cacat tubuh
Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi belajar. Siswa yang cacat belajarnya juga terganggu. Jika hal ini terjadi, hendaknya ia belajar pada lembaga pendidikan khusus atau diusahakan alat Bantu agar dapat menghindari atau mengurangi pengaruh kecacatannya.
b)   Faktor Psikologis
Kondisi jiwa anak menurut Arden N Fransen dalam bukunya “Principles of Learning and Teaching”seperti yang dikutip Sumadi Suryabrata (ada 2 hal yang mempengaruhi hasil belajar siswa, yaitu pengaruh positif dan pengaruh negatif.
Pengaruh positif itu diantaranya meliputi :
1.    Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas.
2.    Adanya sifat kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk simpati pada orang lain.
3.    Adanya suatu keinginan untuk memperbaiki setiap kegagalan.
Sedangkan pengaruh negatif dari jiwa anak antara lain :
1.    Tujuan belajar yang tidak jelas (mereka belum tahu apa tujuan mereka belajar).
2.    Kurang berminat terhadap pelajaran (mereka belum mengetahui untuk apa pelajaran dipelajari).
Sekurang-kurangnya ada tujuh faktor yang tergolong ke dalam faktor psikologis yang mempengaruhi belajar. Faktor-faktor itu adalah: intelegensi, perhatian, minat, bakat, motivasi, dan kematangan dan kelelahan.
1.    Factor Intelegensi
Disini tidak saja IQ yang di andalkan, tapi tingkat kecerdasan dan daya nalar yang cepat juga tingkat kierajina dan pengamalannya sangat mempengaruhi perkembangan belajar , karena pada dasarnya siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil dari pada yang mempunyai tingkat intelegensi yang rendah dan bisa saja hasil sebaliknya, yaitu siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi belum tentu berhasil dalam belajarnya.[56] Hal ini disebabkan karena belajar adalah suatu proses yang kompleks dengan banyak faktor yang mempengaruhinya bukan saja IQ yang tinggi tetapi juga harus rajin dalam belajarnya.
2.    Perhatian
Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya, jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa, maka timbullah kebosanan, sehingga peserta didik tidak lagi suka belajar.
3.    Minat
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat\ siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya. Ia akan segan-segan untuk belajar, ia tidak memperoleh kepuasan dari pelajaran itu. Bahan pelajaran yang menarik minat siswa, lebih mudah dipelajari dan disimpan, karena minat menambah kegiatan belajar.[57] Oleh karena itu diperlukanlah penentuan dalam memilih cara atau metode mengajar yang sesuai dengan bahan ajar, agar terkesan menyenangkan dalam belajar sehingga siswa rajin dan bergairah dalam belajarnya, tidak jenun dan tidak membosankan
4.    Bakat
Bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu baru akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau berlatih. Bakat itu mempengaruhi belajar. [58]  Jika bahan pelajaran yang dipelajari siswa sesuai dengan bakatnya, maka hasil belajarnya lebih baik karena ia senang belajar dan pastilah selanjutnya ia lebih giat lagi dalam belajarnya.
5.    Motivasi
Menurut Winkel, motivasi belajar dapat diartikan sebagai keseluruan daya penggerak psikis di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar demi mencapai suatu tujuan.[59]  Kuat lemahnya motivasi belajar seseorang turut mempengaruhi keberhasilan dalam perkembangan belajar. Karena itu motivasi belajar perlu di usahakan terutama yang berasal dari dalam diri dengan cara senantiasa memikirkan masa depan yang penuh tantangan dan harus dihadapi untuk mencapai cita-cita.
c)    Faktor Kematangan
Kematangan adalah suatu tingkat/fase dalam pertumbuhan seseorang, dimana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru. Anak yang sudah siap (matang) belum dapat melaksanakan kecakapannya sebelum belajar,. Belajarnya akan lebih berhasil jika anak sudah siap (matang).[60] Jadi kemajuan baru untuk memiliki kecakapan itu tergantung dari kemampuan dan belajar.
d)   Faktor kelelahan
Kelelahan dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani (bersifat psikis). Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul kecenderungan untuk membaringkan tubuh. Kelelahan rohani dpat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang.[61] Jadi dengan adanya umpan balik yang diberikan guru dalam menyesuaikan dengan materi dan metode game belajar lebih bersemangat dan menyenangkan.
2)   Faktor-Faktor Eksternal
Faktor eksternal yang berpengaruh terhadap belajar, dapat dikelompokkan menjadi 3 faktor, yaitu: faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat.
a)    Faktor keluarga
Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa: cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga.
1.    Cara orang tua mendidik
Cara orang tua mendidik anaknya besar pengaruhnya terhadap belajar anaknya. Telah dijelaskan oleh Sutjipto Wirowidjojo dengan bahwa : keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan yang utama.[62] Keluarga yang sehat besar artinya untuk pendidikan dalam ukuran kecil, tetapi bersifat menentukan untuk pendidikan dalam ukuran besar yaitu pendidikan bangsa, Negara, dan dunia. Cara orang tua dalam mendidik anaknya akan berpengaruh terhadap belajarnya.
2.    Relasi antar anggota keluarga
Kelancaran belajar serta keberhasilan anak, harus ada relasi yang baik di dalam keluarga. Hubungan yang baik adalah hubungan yang penuh pengertian dan kasih sayang , disertai dengan bimbingan dan bila perlu hukuman-hukuman untuk mensukseskan belajar anak sendiri.
3.    Keadaan ekonomi keluarga.
Keadaan ekonomi keluarga.erat hubungannya dengan belajar anak. Anak yang sedang belajar selain harus terpenuhi kebutuhan pokoknya, juga membutuhkan fasilitas belajar. Fasilitas belajar itu hanya dapat terpenuhi jika keluarga mempunyai cukup uang.
b). Faktor sekolah
Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup metode mengajar, kurikulum, dan keadaan gedung.
1.    Metode mengajar
Metode mengajar guru yang kurang baik akan mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula. Agar siswa dapat belajar dengan baik, maka metode mengajar harus diusahakan yang setepat, sefisien dan sefektif mungkin.
           Guru dapat menunaikan tugasnya dengan efektif dan efisien jika dalam dirinya terdapat kompetensi sebagai guru dan juga melaksanakan fungsinya sebagai seorang guru.[63] Pada dasarnya guru atau pendidik mempunyai tiga dasar kompetensi, yaitu:
1). Kompetensi kepribadian
            Seorang guru agama yang baik akan bisa membawa kepribadiannya sebagai seorang teladan bagi murid atau siswanya. Jika seorang guru sudah dikenal sebagai seorang pribadi yang bisa memberikan teladan yang baik tentu akan dengan mudahnya menunaikan tugasnya sebagai pendidik. Sebagai individu, pribadi manusia itu berbeda-beda dan itu merupakan suatu keunikan tersendiri.[64]
2). Kompetensi penguasaan atas bahan pengajaran
           Penguasaan bahan pengajaran sangat menentukan apakah seorang guru mampu menyampaikan pesan (mengajar) dengan baik ataupun sebaliknya pesan yang ingin dissampaikan oleh seorang pendidik terkendala karena kurangnya pemahaman guru dalam menuntaskan proses belajar mengajar. Penguasaan bahan bidang studi sesuai dengan kurikulum dan pendalaman aplikasi bidang studi sangat diperlukan dan harus dibina, karena :
a.    Seorang guru harus mampu menguraikan ilmu pengetahuan atau kecakapan mengajar sehingga siswa mampu memahami apa yang disampaikan oleh guru.
b.    Kemampuan seorang guru dalam menyusun komponen-komponen pengajaran dengan baik akan bisa memudahkan guru untuk menyampaikan informasi-informasi dan memudahkan pula bagi murid untuk mencerna dan mempelajari pelajaran yang diterimanya.[65]
           Oleh karena itu kecakapan seorang guru atau pendidik dalam penguasaan suatu bahan ajaran akan dapat memberikan nilai yang tepat dalam proses belajar mengajar.
3). Kompetensi dalam cara belajar mengajar
           Dalam cara belajar mengajar seorang guru yang baik tentu harus dapat menguasai berbagai macam metode atau keterampilan dalam mengajar suatu bahan pengajaran, tidak terkecuali bagi seorang guru agama. Penggunaan satu metode saja dalam proses belajar mengajar akan membuat siswa merasa bosan dan tujuan pendidikan yang efektif akan terkendala.
           Seorang guru agama harus dapat menguasai keterampilan-keterampilan mengajar, seperti:
b.    Merencanakan atau menyusun kegiatan untuk satu tahun pelajaran
c.    Mempergunakan dan mengembangkan media pendidikan
d.   Mengembangkan dan menggunakan semua metode mengajar sehingga terjadi variasi dalam mengajar sehingga tidak membuat siswa bosan.[66]
Dalam pembelajaran pendidikan agama Islam di sekolah-sekolah banyak sekali guru yang masih menggunakan metode ceramah sebagai satu-satunya alternatif metode pengajaran. Tentu hal ini membuat siswa hanya bisa “mengkhayal” tanpa bisa memahami apalagi mengamalkan pelajaran agama yang ia dapat dengan praktek yang benar. Dalam metode ini guru hanya menyampaikan teori dan tidak meneruskan bagaimana seorang murid harus mengamalkan isinya.
2.    Kurikulum
Kurikulum di artikan sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan kepada siswa. Kegiatan itu sebagai besar adalah menyajikan bahan pelajaran agar siswa menerima, menguasai dengan mengembangkan bahan pelajaran. Kurikulum yang kurang baik berpengaruh tidak baik terhadap belajar.[67]
3.    Keadaan gedung
Dengan jumlah siswa yang banyak serta variasi karakteristik mereka masing-masing menuntut keadaan gedung harus memadai di dalam setiap kelas. Bagaimana mungkin mereka dapat belajar denganenak, kalau kelas itu tidak memadai bagi setiap siswa.
c).Faktor Masyarakat
 Masyarakat merupakan faktor eksternal yang juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena keberadaannya siswa dalam masyarakat. Mencakup tentang kegiatan siswa dalam masyarakat,bentuk kehidupan masyarakat, dan lingkungan sekitar.
1.    Kegiatan siswa dalam masyarakat
Kegiatan siswa dalam masyarakat dapat menguntungkan perkembangan pribadinya. Tetapi jika siswa mengambil kegiatan masyarakat yang terlalu banyak atau padat, belajarnya akan terganggu, apalagi tidak bijaksana dalam mengatur waktu.
2.    Bentuk kehidupan masyarakat
Kehidupan masyarakat di sekitar siswa sangat berpengaruh terhadap belajar peserta didik. Masyarakat yang terdiri dari orang yan tidak baik akan berpengaruh jelek kepada siswa.
3.    Lingkungan sekitar
Sangat perlu untuk mengusahakan lingkungan yang baik agar dapat memberi pengaruh yang positif terhadap peserta didik sehingga dapat belajar dengan sebaik-baiknya. Jadi menurut penulis dari faktor-faktor tersebut saling berinteraksi secara langsung atau pun tidak langsung dalam mencapai Perkembangan Belajar
Dalam proses pembelajaran tentunya terdapat kendala-kendala yang dapat menghambat berjalannya proses pembelajaran yang seutuhnya, dan akhirnya menyebabkan rendahnya mutu pendidikan. Abdul Majid dan Dian Andayani dalam bukunya “Pendidikan Agama Islam Berbasis kompetensi” menyebutkan bahwa yang menjadi kendala dalam pembelajaran PAI sehingga menimbulkan rendahnya kualitas pendidikan  disebabkan beberapa faktor, yaitu:
Kualitas dan kuantitas (kompetensi) guru yang masih rendah, proses pembelajaran PAI selama ini cenderung lebih diarahkan pada pencapaian target kurikulum, pembelajaran PAI bukan diarahkan pada pencapaian dan penguasaan kompetensi, akan tetapi terfokus pada aspek kognitif sehingga pembelajan identik dengan hafalan , ceramah dan sebagainya, alokasi waktu yang tersedia sangat sedikit sedangkan muatan materinya sangat padat, terbatasnya sarana dan prasarana, penilaian yang dilakukan cenderung hanya kepada satu aspek saja (kognitif).[68]

Muzayyin Arifin dalam bukunya Kapita Selekta Pendidikan Islam, juga menyebutkan kendala dalam pembelajaran PAI yang diidentifikasikan sebagai penghambat Pendidikan Agama Islam di sekolah terbagi kepada dua faktor, yaitu faktor eksternal dan faktor internal, adapun yang menjadi faktor eksternal meliputi.
1.    Timbulnya sikap masyarakat  atau  orang tua di beberapa lingkungan sekitar sekolah yang kurang concerned kepada pentingnya pendidikan agama, tidak mengacuhkan akan pentingnya pemantapan pendidikan agama di sekolah yang berlanjut di rumah.
2.    Situasi lingkungan sekitar sekolah disubversi oleh godaan-godaan setan yang beragam bentuknya. Situasi demikian melemahkan daya konsentrasi dan berakhlak mulia, serta mengurangkan gairah belajar siswa.
3.    Gagasan baru yang mulai bermunculan di-impose oleh para ilmuwan mengenai perlunya mencari terobosan baru terhadap berbagai kemacetan dan problema pembangunan, meluas kearah jalur kehidupan remaja yang kondusif kepada watak dan ciri-ciri usia puber dan adolesens mereka, secara latah mempraktekan makna yang keliru atas kata-kata terobosan menjadi mengambil jalan pintas dalam mengejar kemajuan belajarnya tanpa melihat cara-cara yang halal dan haram, seperti nyontek  atau  membeli soal-soal ujian akhir.
4.    Produksi pendidikan sekolah yang dicapai dalam waktu yang relatif singkat dengan dana yang seminimal mungkin, namun berhasil meluluskan sejumlah murid yang lebih besar, dimana dalam hal menyangkut pendidikan agama faktor internalisasi (pendalaman) nilai-nilai proses kependidikan kurang mendapat tempat yang wajar dalam sistem efisiensi tersebut.
5.    Timbulnya sikap prustasi di kalangan orang tua  atau  masyarakat bahwa tingkat kependidikan yang dengan susah payah diraih, akan menjamian anaknya untuk mendapat pekerjaan yang layak. Namun karena perluasan lapangan kerja tidak dapat mengimbangi pembengkakan penuntut kerja. Setelah lulus sekolah, orang tua masih bersusah payah berjuang mencarikan peluang kerja bagi anaknya. Padahal masih ada beban finansial yang harus di tanggung oleh mereka. Semuanya itu menyebabkan tendensi sosial kita kurang mengharagai pengetahuan sekolah yang tidak dapat di jadikan tumpuan mencari nafkah. Pendidikan agama terkena dampak negatif dari sikap dan kecenderungan tersebut. Apabila guru agama tidak terampil memikat minat murid, maka efektifitas pendidikan agama tidak dapat diwujudkan.[69]

Adapun yang menjadi faktor internal sekolah meliputi:
1.    Guru kurang kompeten untuk menjadi tenaga profesional pendidikan  atau  jabatan guru yang disandangnya hanya merupakan pekerjaan alternatif terakhir, tanpa menekuni tugas sebenarnya selaku guru yang berkualitas baik.
2.    Penyalahgunaan manajemen penempatan yang mengalihtugaskan guru agama ke bagian administrasi seperti perpustakaan misalnya, akibatnya pendidikan agama tidak dilaksanakan secara programatis.
3.    Pendekatan metodologis guru masih terpaku kepada orientasi tradisionalistis sehingga tidak mampu menarik minat murid kepada pelajaran agama.
4.    Kurangnya rasa solidaritas antara guru agama dengan guru-guru bidang studi umum, sehingga timbul sikap memencilkan guru agama yang mengakibatkan pelaksanaan pendidikan agama kurang terpadu.
5.    Kurangnya waktu persiapan guru agama dalam mengajar karena disibukkan dengan usaha nonguru untuk mencukupi kebutuhan ekonomis sehari-hari dan sebagainya.
6.    Kurikulum yang terlalu overloaded, karena terlalu banyak menampung keinginan tanpa mengarahkan kepada prioritas.
7.    Hubungan guru agama dengan murid hanya bersifat formal, tanpa berkelanjutan dalam situsi informal di luar kelas.
8.    Petugas supervisi (pengawas dan penilik) tidak berfungsi sesuai harapan. Karena terdiri atas tenaga-tenaga yang nonprofesional.
9.    Di lingkungan lembaga pendidikan Islam problema saat ini berkisar pada kurangnya keahlian dalam manajemen, kualitas guru kurang kompeten, orentasi pendidikan yang belum sepenuhnya mengacu kepada kebutuhan pembangunan masa kini dan mendatang, serta fasilitas kependidikan yang belum memadai.
10.     Belum mantapnya landasan perundang-undangan yang menjadi dasar berpijak pengelolaan pendidikan agama dalam sistem pendidikan nasional, termasuk pengelolaan lembaga-lembaga pendidikan Islam.
11.     Pemerataan memperoleh pendidikan bagi seluruh lapisan masyarakat masih perlu di intensifkan lagi melalui pendekatan integralistik yang lebih menekankan pada kualitas dari pada kuantitas.[70]

Dari beberapa hal di atas, dapat disimpulkan yang menjadi kendala dalam proses pembelajaran secara umum, dan akhirnya menjadi kendala khusus dalam dunia pendidikan, yaitu:
1.      Rendahnya kualitas sarana fisik  atau  keterbatasan sumber belajar.
Untuk sarana fisik misalnya banyak sekali sekolah yang gedungnya rusak, kepemilikan dan penggunaan media belajar rendah, buku perpustakaan tidak lengkap. Sementara laboratorium tidak standar, pemakaian teknologi informasi tidak memadai dan sebagainya. Bahkan masih banyak sekolah yang tidak memiliki gedung sendiri, tidak memiliki perpustakaan, tidak memiliki laboratorium dan sebagainya.
2.      Rendahnya kualitas guru
Keadaan guru juga memprihatinkan. Kebanyakan guru belum memiliki profesionalisme yang memadai untuk menjalankan tugasnya sebagaimana disebut dalam Pasal 39 UU No 20 atau 2003 yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan, melakukan pelatihan, melakukan penelitian dan melakukan pengabdian masyarakat.
Walaupun guru  atau  pengajar bukan satu-satunya faktor penentu keberhasilan pendidikan, tetapi pengajaran merupakan titik sentral pendidikan dan kualifikasi, sebagai cermin kualitas, tenaga pengajar memberikan andil sangat besar pada kualitas pendidikan yang menjadi tanggungjawabnya. Kualitas guru dan pengajar yang rendah juga dipengaruhi oleh masih rendahnya tingkat kesejahteraan guru.
3.      Rendahnya kesejahteraan guru
Rendahnya kesejahteraan guru juga mempunyai peran dalam membuat rendahnya kualitas pendidikan, karena disisi lain guru juga mencari nafkah sebagai kebutuhannya sehari-hari.
4.      Rendahnya prestasi siswa
Dengan keadaan yang demikian itu (rendahnya sarana fisik, kualitas guru, dan kesejahteraan guru) pencapaian prestasi siswa pun menjadi tidak memuaskan.
5.      Mahalnya biaya pendidikan atau  keterbatasan dana
Pendidikan bermutu itu mahal, kalimat ini sering muncul untuk menjustifikasi mahalnya biaya yang harus dikeluarkan masyarakat untuk mengenyam bangku pendidikan. Mahalnya biaya pendidikan dari Taman Kanak-Kanak (TK) hingga Perguruan Tinggi (PT) membuat masyarakat miskin tidak memiliki pilihan lain, kecuali tidak bersekolah.[71]
Banyak alternatif yang dapat diambil oleh seluruh pelaku, peneliti sekaligus pakar pendidikan dalam mengatasi problematika  atau pun kendala yang terjadi baik di dunia pendidikan ummnya dan dalam proses pembelajaran PAI khususnya, yang terpenting dari itu adalah komitmen dari semua pihak dan realisasi dari program yang direncanakan secara sungguh-sungguh untuk merubah proses pendidikan yang masih mengalami banyak kendala menjadi lebih baik.
E.  Hubungan Metode Game dengan Pembelajaran Materi Zakat
            Metode game dapat diterapkan pada setiap pelajaran, termasuk pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI). Pada pelajaran PAI dapat diterapkan metode game bila pelajaran tersebut berada pada siang hari, karena pada jam tersebut siswa lebih mudah mengantuk, dan ketika siswa tampak jenuh dalam belajar.
            Metode ini dilakukan setelah guru memberikan materi pelajaran, dan kemudian baru diterapkan metode ini, karena siswa mudah dalam memahaminya. Materi yang cocok diterapkan untuk metode game adalah yang menyangkut dengan sejarah, karena pada materi ini sangat mudah mengalami kebosanan bagi siswa, maka perlu metode game. Pada metode ini yang lebih berperan adalah siswa, sedangkan guru hanya mengarahkannya saja, sehingga siswa tersebut harus lebih pro-aktif, bukan pasif. Menurut Ramayulis, bentuk pengaplikasian metode game ini menjadi tiga pembelajaran, yaitu “permainan bebas, melakonkan suatu cerita, dan sandiwara.”[72]
1.   Permaian Bebas
Permainan dibuat dengan isi pertanyaan-pertanyaan untuk mengetes pengetahuan siswa yang didapat dari presentasi kelas dan latihan kelompok. Game dimainkan dengan meja yang berisi tiga siswa yang diwakili kelompok berbeda. Siswa mengambil kartu yang bernomor atau bisa juga dengan permainan bebas, ini dapat diterapkan pada pelajaran PAI adalah ketika ketika mereka mendengar atau membaca tentang cerita sejarah, misalnya tentang kepahlawanan pejuang-pajuang Islam, mereka seolah-olah berada di zaman itu dan berbuat seakan akan dialah pahlawan-pahlawan Islam itu. Fantasi dan imajinasinya mendorong mereka untuk memerankan segala sifat-sifat kepahlawanan yang digambarkan dalam cerita yang dibacaka atau didengarkannya. Semangatnya bangkit untuk berbuat amar makruf nahi mungkar, dan pada saat yang lain mereka spontan bermain perang-perangan. Dengan permainan bebas ini tidak terdapat acuan atau sknario yang harus diikuti, guru hanya mengemukakan cerita sedikit saja, selanjutnya langsung diperankan oleh siswa.
2.   Melakonkan suatu cerita
Cara yang dilakukan dalam pelakonan suatu cerita adalah dengan melakonkan suatu cerita atau mempertunjukkan suatu tingkah laku tertentu yang disimak  dari suatu cerita. Caranya dapat bermacam-macam. Cerita itu dibacakan keras-keras baik oleh guru maupun oleh siswa, kemudian siswa mencoba meniru tingkah laku atau perbuatan  yang diceritakan itu melalui pantomim. Guru mungkin terlebih dahulu mendiskusikan tingkah-tingkah yang sekiranya dapat dapat dilakonkan dan siswa berfantasi atau membayangkan betapa tingkah-tingkah yang dibicarakan itu dapat dinyatakan dalam bentuk game.
3.   Sandiwara
            Siswa juga dapat secara bebas memainkan boneka atau wayang yang dibawa mereka atau yang telah disediakan oleh sekolah-sekolah yang ada. Ide-ide cerita dapat dirangsang melalui berbagai media seperti cerita guru. Sehingga dengan demikian siswa lebih termotivasi untuk belajar dengan sandiwara yang dimainkan tersebut, sehingga siswa lebih termotivasi lagi dengan untuk belajar dengan giat.
            Metode game lebih diidentikkan dengan permainan, dan permainan tersebut sangat disukai oleh anak-anak. Maka penerapan metode ini layak untuk diterapkan kepada siswa dalam pembelajaran, terutama pada pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI).
            Metode game ini dilakukan untuk mencegah kebosanan dan kejenuhan siswa dalam belajar, karena dengan metode ini siswa bisa senang dan riang dalam belajar. Dengan penerapan metode ini siswa senang dalam belajar, dan setiap yang ia senangi tentunya menarik pula untuk belajar lebih giat, maka dengan giat tersebut siswa bisa mendapatkan hasil belajar yang bagus dan memuaskan, sehingga metode ini layak dugunakan dan berhasil untuk kita terapkan bagi siswa dalam proses pembelajaran.
            Keberhasilan metode game ini sangat dirasakan oleh guru dalam menemukan siswa-siswa yang berperkembangan, terutama pada pelajaran Pendidikan Agama Islam. Karena pada pelajaran ini siswa mudah terjadi titik jenuh dalam mempelajari pelajaran ini. Maka dengan game ini merupakan solusi terbaik untuk diterapkan dalam pelajaran tersebut.
            Hal yang tersebut di atas sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Zakiah Daradjat, bahwa “ketika peserta didik bermain secara bebas tampak bahwa mereka melakukan berbagai kegiatan secara spontan dan menanggapi dunia sekitarnya dengan alam fantasi dan imajinasinya sendiri,dan permaian itu semata-mata untuk memenuhi hasrat terpendam tanpa maksud orang lain untuk melihatnya.”[73] Dari kitipan ini jelas bahwa penerapan metode ini cocok dan sesuai digunakan dalam pembelajaran.
            Bila siswa membaca dan mendengar cerita sejarah, misalnya tentang kepahlawanan pejuang-pejuang Islam, mereka seolah-olah berada di zaman itu dan berbuat seakan-akan dialah pahlawan-pahlawan Islam itu. Fantasi dan imajinasinya mendorong mereka untuk memerankan segala sifat-sifat kepahlawanan yang digambarkandalam cerita yang dibacanya atau didengarnya.
            Semangatnya bangkit untuk berbuat kebaikan dan mencegah kemungkaran, dan pada saat yang lain secara spontan melakukan permainan bebas tidak terdapat acuan dan skenario, dan guru hanya memberikan sedikit saja pengarahan, sedangkan yang lain langsung diperagakan oleh siswa dalam permainan.
            Pembelajaran PAI dengan metode game akan menjadi lebih baik, bermakna, dan tetap menyenangkan apabila dalam pelaksanaan berdasarkan pada prinsip-prinsip yang dikembangkan oleh beberapa pakar  sebagai berikut : 
1)   Gamean yang dikembangkan hendaknya permainan yang terkait langsung dengan konteks keseharian peserta didik.Permainan diterapkan untuk merangsang daya pikir,
2)   mengakses informasi dan menciptakan makna-makna baru, 
3)   Permainan yang dikebangkan haruslah menyenangkan dan mengasyikan bagi peserta didik,
4)   Permainan dilaksanakan dengan landasan kebebasan menjalin kerja sama dengan peserta didik lain, 
5)   Permainan hendaknya menantang dan mengandung unsur kompetisi yang memungkinkan peserta didik semakin termotivasi menjalani proses tersebut,
6)   Penekanan permainan linguistic pada akuransi isinya, sedangkan permainan komunikatif lebih menekankan pada kelancaran dan suksesnya komunikasi, 
7)   Permainan dapat dipergunakan untuk semua tingkatan dan berbagai keterampilan berbahasa sekaligus.[74]
Dengan demikian agar proses pembelajaran lebih serius, menyenangkan dan tidak menekan siswa dalam belajar, maka peneliti memilih metode game dalam pembelajran PAI pada materi zakat sangat membantu untuk meninggkatkan hasil belajar siswa dan siswa juga dapat mengerjakan langsung sesuai arahan dan program belajar yang di siapkan oleh guru. Dengan kata lain jika pelaksanaan metode game dalam pelajaran pendidikan agama islam sudan efektif, maka metode game dapat meningkatkan hasil belajar siswa.






[1] Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), hal. 39.

[2] Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zein, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hal. 87.
[3] Ramayulis, Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, cet. VII, (Jakarta: Kalam Mulia, 2012), h. 382.

[4]Azis abdul el- quraisy, Ilmu Jiwa , cet.ke- 15, (jakarta: PT. bulan bintang, 2003), hal. 21.
[5] Abdul fatah jalal, Azas-azas Pendidikan Islam, (bandun : diponogoro, 2000), hal. 71.
[6]Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), hal. 155.

[7]Nasution S, Didaktik Asas-asas Pengajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), hal. 8.

[8]Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Rosda Karya, 2004), hal. 54.

[9]Mansyur, Strategi Belajar Pengajaran, (Jakarta: Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 2005), hal. 106.
[10]James Popham, Teknik Pengajaran secara Sistematis, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), hal. 141.

[11]Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan…, hal. 28.

[12]Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2005), hal. 24.

[13]Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan…, hal. 277.

[14] Ramayulis, Metodologi Pendidikan...., hal. 45.
[15]Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan…, hal. 228.

[16] Depag RI, Al-Quran dan Terjemahan, (Bandung: CV Diponegoro, 2005), Hal. 178.

[17] Sayyid Sabiq, penerjemah Noer Hasanudian, Lc, MA ,dkk. Fiqih Sunnah Jilid 1, (Jakarta Selatan : Pena Pundi Aksara. Cetakan 1, Maret 2006), Hal. 497.

[18] Sayyid Sabiq, penerjemah Noer Hasanudian, Lc, MA,dkk. Fiqih Sunnah...., Hal. 516.

[19]Sayyid Sabiq, penerjemah Noer Hasanudian, Lc, MA,dkk. Fiqih Sunnah...., hal. 514.

[20] Sayyid Sabiq, penerjemah Noer Hasanudian, Lc, MA,dkk. Fiqih Sunnah...., hal, 518.
[21] Depag RI, Al-Quran dan ...., hal. 433.

[22] Depag RI, Al-Quran dan...., hal. 271.
[23] Muhammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003), hal, 79.

[24] Depag RI, Al-Quran dan ...., hal. 462.
[25] Sayyid Sabiq, penerjemah Noer Hasanudian, Lc, MA,dkk. Fiqih Sunnah...., hal, 534.

[26] Depag RI, Al-Quran dan ...., hal.286
[27] Ramayulis, Pendidikan Agama  Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2002), hal. 74.
[28] Sayyid Sabiq, penerjemah Noer Hasanudian, Lc, MA,dkk. Fiqih Sunnah...., Hal. 276.

[29] Depag RI, Al-Quran dan Terjemahan, (Bandung: CV Diponegoro, 2005), Hal. 176.
[30] Muhammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003), hal, 179.

[31] Sayyid Sabiq, penerjemah Noer Hasanudian, Lc, MA,dkk. Fiqih Sunnah...., hal, 282.
[32] Ramayulis, Pendidikan Agama  Islam....,hal. 81.

[33]Drs.Syaiful Bahri Djamarah,Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, (Surabaya: Usaha Nasional, 2004), hal. 19.

[34]Zainal Arifin, Evaluasi Instruksional, (Bandung, Remaja Rosdakarya 2001), hal. 2-3.

[35]Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka), hala. 700.

[36]Pasaribu, B. Simanjuntak, Proses Belajar Mengajar (Bandung: Tarsito, 2003), hal. 115.

[37] Drs.Syaiful Bahri Djamarah,Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, (Surabaya: Usaha Nasional,2004), hal. 19.

[38] Pasaribu, B. Simanjuntak, Proses …, hal. 21

[39] M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), hal. 84.

[40] Dewa Ketut Sukardi, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah (Surabaya, Usaha Nasional,2009), hal. 17.

[41] Slameto, Belajar dan Factor-faktor Yang Mempengaruhinya (Jakarta, Rineka Cipta, 2001), hal. 2.

[42] Abu Ahmadi & Widodo Supriyanto, Psikologi Belajar, (Jakarta : Rineka cipta, 2001), hal. 121.

[43] Sutratinah Tirtonegoro, Anak Supernormal dan Program Pendidikannya, (Jakarta : Bina Aksara,2004), hal. 27.

[44] Nana sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), hal. 72.

[45] Moh Uzer Usman dan Lilis Setiawati, Upaya Optimalisasi…, hal. 111.

[46] R. Ibrahim dan Nana Syaodih, Perencanaan Pengajaran (Jakarta: Rineka cipta, 2006), hal. 72.
[47]Moh Uzer Usman dan Lilis Setiawati, Upaya Optimalisasi ...., hal. 61.

[48] Moh. Uzer Usman dan Lilis Setiawati, Upaya Optimilisasi...., hal. 113.

[49] R.Ibrahim dan Nana Syaodih, Perencanaan…., hal. 72.

[50] Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses..., hal. 76

[51] R. Ibrahim dan Nana Syaodih, Perencanaan...., hal. 84.

[52] Dr.H.Syaiful Sagala, MPd..Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2009), hal. 159.

[53] Dr.H.Syaiful Sagala, MPd..Konsep ...., hal. 159.

[54] Dr.H.Syaiful Sagala, MPd..Konsep ...., hal. 160.

[55] Zainal Arifin, Evaluasi Instruksional…, hal. 3-4.

[56] Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan ...., hal. 75.

[57] Dalyono, Psikologi Pendidikan (Jakarta : Rineka cipta, 1997), hal. 56-57.

[58] Slameto, Belajar dan Faktor-faktor…., hal. 57-58.

[59] Rahman Abor, Psikologi Pendidikan (Yogyakarta: Tiara wacana,1993), hal. 114-115.
[60] Dalyono, Psikologi Pendidikan.....,hal. 76.

[61] Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan....,hal.57.
[62] Otto Sumarwoto, Ekologi Lingkungan dan Perkembangannya, (Jakarta: Imagraph, 2004), hal. 54.
[63]Zakiah Daradjat, dkk, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hal. 140.

[64]Syaiful Bahri Djamarah, Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hal. 126.
[65]Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), hal. 174.

[66]Hasibuan, JJ & Moedjiono, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003), hal. 64.
[67] Slameto, Belajar dan Fakkor-faktor.., hal. 65.

[68]Abdul Majid, Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung: Rosda, 2006), hal. 171.

[69]Muzayyin Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), hal. 149-153.
[70]Muzayyin Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam....., hal. 165.
[71]Arief S. Sadiman, Media Pendididkan dan Pemanfaatannya, (Jakarta: Rajawali Pres, 2009), hal. 31.
[72]Ibid., hal. 281.

[73]Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), hal. 56.

[74] Hadfield,Metode Pendidikan Dalam Konsep Penelitian Tindakan,(Jakarta: Rineka Cipta, 2009), hal. 8-10.

Komentar

Postingan Populer