tugas seorang guru


A. Guru dan belajar – Mengajar
Guru dewasa ini berkembang sesuai dengan fungsinya, membina untuk mencapai tujuan pendidikan. Lebih-lebih dalam sistem sekolah sekarang ini, masalah pengetahuan, kecakapan, dan keterampilan tenaga pengajar perlu mendapat perhatian yang serius. Bagaimanapun baiknya kurikulum, administrasi, dan fasilitas perlengkapan, kalau tidak diimbangi dengan peningkatan kualitas guru-gurunya tidak akan membawa hasil yang diharapkan. Oleh karena itu, peningkatan mutu tenaga-tenaga pengajar untuk membina tenaga-tenaga guru yang profesional adalah unsur yang penting bagi pembaruan dunia pendidikan.
1. Guru sebagai pengajar
Salah satu tugas yang harus dilaksanakan oleh guru di sekolah adalah memberikan pelayanan kepada para siswa agar mereka menjadi siswa atau anak didik yang selaras dengan tujuan sekolah. Melalui bidang pendidikan, guru mempengaruhi aspek kehidupan, baik sosial, budaya maupun ekonomi. Dalam keseluruhan proses pendidikan, guru merupakan faktor utama yang bertugas sebagai pendidik. Guru memegang berbagai jenis peranan yang mau tidak mau harus dilaksanakannya sebagai guru.
Yang dimaksud sebagai peran adalah pola tingkah laku tertentu yang merupakan ciri khas semua petugas dari pekerjaan atau jabatan tertentu. Guru harus bertanggungjawab atas hasil kegiatan belajar anak melalui interaksi belajar mengajar. Guru merupakan faktor yang mempengaruhi berhasil tidaknya proses belajar mengajar, dan karenanya guru harus menguasai prinsip-prinsip belajar disamping menguasai materi yang akan diajarkan. Dengan kata lain : guru harus mampu menciptakan situasi kondisi belajar yang sebaik-baiknya.
2. Guru sebagai pembimbing
Bimbingan adalah proses pemberian bantuan terhadap individu untuk mencapai pemahaman dan pengarahan diri yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian diri secara maksimum terhadap sekolah, keluarga serta masyarakat.
Dalam keseluruhan proses pendidikan guru merupakan faktor utama. Dalam tugasnya sebagai pendidik, guru memegang berbagai jenis peran yang mau tidak mau harus dilaksanakan sebaik-baiknya. Setiap jabatan atau tugas tertentu akan menuntut pola tingkah laku tertentu pula. Sehubungan dengan peranannya sebagai pembimbing, seorang guru harus :
1. Mengumpulkan data tentang siswa
2. Mengamati tingkah laku siswa dalam situasi sehari-hari
3. Mengenal para siswa yang memerlukan bantuan khusus
4. Mengadakan pertemuan atau hubungan dengan orangtua siswa baik
5. Secara individu maupun secara kelompok untuk memperoleh saling pengertian tentang pendidikan anak
6. Bekerja sama dengan masyarakat dan lembaga lainnya untuk membantu memecahkan masalah siswa
7. Membuat catatan pribadi siswa serta menyiapkannya dengan baik
8. Menyelenggarakan bimbingan kelompok atau individu
9. Bekerja sama dengan petugas bimbingan lainnya untuk membantu memecahkan masalah siswa
10. Menyusun program bimbingan sekolah bersama-sama dengan petugas bimbingan lainnya
11. Meneliti kemajuan siswa baik di sekolah maupun di luar sekolah.
Berdasarkan uraian di atas maka jelaslah bahwa peran guru baik sebagai pengajar maupun sebagai pembimbing pada hakekatnya saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Dengan kata lain, kedua peran tersebut harus dilaksanakan secara berkesinambungan dan sekaligus merupakan keterpaduan.
Menurut Brooks & Brooks (Iim Waliman, dkk. 2001) terdapat beberapa ciri yang menggambarkan seorangguru yang konstruktivis dalam melaksanakan proses pembelajaran siswa, yaitu:
1. Guru mendorong, menerima inisiatif dan kemandirian siswa.
2. Guru menggunakan data mentah sebagai sumber utama padaokus materi pembelajaran.
3. Guru memberikan tugas-tugas kepada siswa yang terarah pada pelatihan kemampuan mengklasifikasi, menganalisis, memprediksi, dan menciptakan.
4. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menguraikan isi pelajaran dan mengubah strategi belajar mengajar.
5. Guru melakukan penelusuran pemahaman siswa terhadap suatu konsep sebelum memulai pembelajaran.
6. Guru mendorong terjadinya dialog dengan dan antar siswa.
7. Guru mendorong siswa untuk berfikir, melalui pertanyaan-pertanyaan terbuka dan mendorong siswa untuk bertanya sesama teman.
8. Guru melakukan elaborasi respon siswa siswa, baik yang sudah benar maupun yang belum benar.
9. Guru melibatkan siswa pada pengalaman yang menimbulkan kontradiksi dengan hipotesis siswa dan mendiskusikannya.
10. Guru memberikan waktu berfikir yang cukup bagi siswa dalam menjawab pertanyaan
11. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencoba menghubungkan beberapa hal yang dipelajari untuk meningkatkan pemahaman.
E. Pola Progresif dalam Belajar Mengajar
Secara umum, proses pendidikan menuju pada tiga hal pokok yang harus mampu dicapai peserta didik, yaitu Afektif, Kognitif dan Psikomotorik. Afektif berkaitan dengan sikap, moral, etika, akhlak, dan manajemen emosi. Kognitif berkaitan dengan aspek pemikiran, transfer ilmu, logika, dan analisis. Sedangkan Psikomotorik berkaitan dengan praktik atau aplikasi apa yang sudah diperolehnya melalui jalur kognitif.
Namun disadari atau tidak, proses pendidikan di sekolah sekarang porsinya lebih pada aspek kognitif atau transfer of knowledge saja. Salah satu hal yang kadang dihadapi guru dalam pembelajaran adalah kurangnya minat dan motivasi peserta didik untuk belajar di kelas. Kadangkala peserta didik mempraktikkan “ 5 D “ yaitu Datang, Duduk, Dengar, Diam, dan bahkan mungkin Dengkur.
Peserta didik kadangkala merasa “terpaksa” datang dan menghabiskan waktunya di kelas. Apalagi apabila guru masih terbiasa untuk menjadikan peserta didiknya pendengar yang baik karena guru masih yakin bahwa satu-satunya cara untuk mengajar dengan cepat adalah dengan menggunakan metode ceramah. Pada kegiatan pembelajaran Biologi mencakup dimensi ganda, yaitu proses dan produk.
Dengan demikian, peserta didik dituntut untuk melakukan kegiatan dan melakukan intervensi logis sampai ditemukan konsep/aturan/prinsip IPA. Artinya, konsep IPA yang diketahui peserta didik tidak sekadar ingatan semata, akan tetapi konsepsi yang disertai alasan logis. Kesemua ini dilakukan dengan menggunakan perangkat yang lazim disekitar peserta didik, pengalaman dan alam sekitar melalui kegiatan/proses ilmiah.
Pada dasarnya hakikat belajar mengajar dengan pola yang lebih progresif berbeda dengan hakikat belajar-mengajar dengan pola tradisional. Pada pola tradisional kegiatan mengajar lebih sering diarahkan pada aliran informasi dari guru ke peserta didik. Pandangan ini mendorong guru untuk berperan sebagai tukang ajar, dimana diibaratkan guru sebagai orang yang mengisi air pada botol yang kosong.
F. Psikologi problematika belajar
Belajar adalah mencari ilmu atau menuntut ilmu.
Menurut Walker dalam bukunya Conditioning an Instrumental Learning (1967): belajar : “Perubahan perbuatan sebagai akibat dari pengalaman”
Menurut C.T. Morgan, dalam Introduction to Psychology (1961: belajar adalah suatu perubahan yang relative menetap dalam tingkah laku sebagai akibat atau hasil dari pengalaman yang lalu”.
G. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BELAJAR
Dibedakan menjadi tiga macam, yakni :
1. Faktor Internal Siswa
Meliputi dua aspek, yakni :
1) Aspek Fisiologis (yang bersifat jasmaniah)
Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran.
2) Aspek psikologis (yang bersifat rohaniah)
Meliputi:
a) Tingkat kecerdasan/intelegensi siswa
Menurut (Reber, 1988) bahwa intelegensi diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat.
b) Sikap siswa
Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespons (response tendency) dengan cara yang relative tetap terhadap objek orang, barang, dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif.
c) Bakat siswa
Menurut (Chaplin, 1972; Reber, 1988) bahwa bakat (aptitude) adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang.
d) Minat siswa
Minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Menurut Reber (1988), minat tidak termasuk istilah popular dalam psikologi karena ketergantungannya yang banyak pada faktor-faktor internal lainnya, seperti pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi, dan kebutuhan.
e) Motivasi siswa.
f) Merupakan keadaan internal organisme baik manusia ataupun hewan yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu (pemasok daya).
Motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu :
(1) Motivasi intrinsik: Hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang mendorongnya untuk belajar.
(2) Motivasi ekstrinsik: Hal dan keadaan yang datang dari luar individu siswa yang juga mendorongnya untuk belajar.
2. Faktor Eksternal Siswa
Terdiri atas dua macam yaitu:
a. Lingkungan Sosial
Para guru, para staf administrasi, dan teman-teman sekelas yang dapat mempengaruhi semangat belajar seorang siswa.
b. Lingkungan Nonsosial
Gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca, dan waktu belajar yang digunakan siswa.
3. Faktor Pendekatan Belajar
Merupakan cara atau strategi yang digunakan siswa dalam menunjang keefektifan dan efisiensi proses mempelajari materi tertentu. Strategi dalam hal ini berarti seperangkat langkah operasional yang direkayasa sedemikian rupa untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan belajar tertentu.
H. KESULITAN BELAJAR
1. Faktor Penyebab Kesulitan Belajar
a. Faktor Intern Siswa
Meliputi gangguan atau kekurang mampuan psiko-fisik siswa, yakni :
rendahnya kapasitas intelektual/inteligensi siswa ;1) yang bersifat kognitif (ranah cipta)
labilnya emosi dan sikap ; 2) yang bersifat afektif (ranah rasa)
terganggunya alat-alat indera penglihat dan pendengar (mata dan telinga). yang bersifat psikomotor (ranah karsa)à3)
b. Faktor Ekstern Siswa
Meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktivitas belajar siswa.
Faktor lingkungan ini terdiri dari:
1) Lingkungan keluarga
2) Lingkungan masyarakat
3) Lingkungan sekolah.
2. Diagnosis Kesulitan Belajar
1) Melakukan observasi kelas
2) Memeriksa penglihatan dan pendengaran siswa khususnya yang diduga mengalami kesulitan belajar
3) Mewawancarai orang tua atau wali siswa
4) Memberikan tes diagnostik bidang kecakapan tertentu
5) Memberikan tes kemampuan intelegensi (IQ).
3. Kiat Mengatasi Kesulitan Belajar
a. Menganalisa hasil diagnosis
b. Mengidentifikasi dan menentukan bidang kecakapan tertentu yang memerlukan perbaikan ;
c. Menyusun program perbaikan, khususnya program remedial teaching (pengajaran perbaikan).
I. JENIS-JENIS BELAJAR
Berdasarkan tujuan dan hasil, jenis-jenis belajar terdiri dari:
1. Belajar Abstrak (Abstract Learning)
Tujuan: memperoleh pemahaman serta pemecahan yang tidak nyata.
Peranan akal atau rasio, penguasaan atas prinsip-prinsip dan konsep-konsep sangatlah penting.
2. Belajar Keterampilan (Skill Learning)
Tujuan: memperoleh keterampilan tertentu dengan menggunakan gerakan-gerakan motorik.
Proses pelatihan yang intensif dan teratur sangat diperlukan.
3. Belajar Sosial (Social Learning)
Tujuan memperoleh keterampilan dan pemahaman terhadap masalah-masalah sosial, penyesuaian terhadap nilai-nilai sosial dan sebagainya.
4. Belajar Pemecahan Masalah (Problem Solving)
Tujuan: memperoleh keamampuan atau kecakapan kognitif guna memecahkan masalah secara tuntas.
Kemampuan individu dalam menguasai berbagai konsep, prisip, serta generalisasi, amat diperlukan.
5. Belajar Rasional (Rational Learning)
Tujuan: memperoleh beragam kecakapan menggunakan prinsip-prinsip dan konsep-konsep.
Individu diharapkan memiliki kemampuan memecahkan masalah dengan menggunakan pertimbangan dan strategi akal sehat, logis, dan sistematis.
6. Belajar Kebiasaan (Habitual Learning)
Tujuan: agar individu memperoleh sikap dan kebiasaan yang lebih tepat dan lebih positif, dan selaras dengan kebutuhan ruang dan waktu.
7. Belajar Apresiasi (Apreciation Learning)
Tujuan: agar individu memperoleh dan mengembangkan kecakapan ranah rasa (effective skills).
8. Belajar Pengetahuan (Study)
Tujuan: memperoleh atau menambah informasi dan pemahaman terhadap pengetahuan tertentu.
Berdasarkan cara atau proses yang ditempuh dalam belajar, jenis-jenis belajar sebagai berikut:
1. Belajar Berdasarkan Pengamatan (Sensory Type of Learning)
2. Belajar berdasarkan Gerak (Motor Type of Learning)
3. Belajar Berdasarkan Menghafal (Memory Type of Learning)
4. Belajar Berdasarkan Pemecahan Masalah (Problem Solving Type of Learning)
5. Belajar Berdasarkan Emosi (Emotional Type of Learning)

Komentar

Postingan Populer