MODEL PEMBELAJARAN SELF DIRECTED LEARNING
MODEL
PEMBELAJARAN SELF DIRECTED LEARNING
1. Definisi Pembelajaran Mandiri
Pembelajaran mandiri didefinisikan sebagai:
“Proses
belajar yang mengajak siswa melakukan tindakan mandiri yang melibatkan
terkadang satu orang , biasanya satu kelompok. Tindakan mandiri ini dirancang
untuk menghubungkan pengetahuan akademik dengan kehidupan siswa sehari-hari
secara sedemikian rupa untuk mencapai tujuan yang bermakna.Pembelajaran mandiri
membebaskan siswa untuk belajar sesuai dengna gaya belajar mereka sendiri,
sesuai dengan kecepatan belajar mereka dan sesuai dengan arah minat dan bakat
mereka dalam menggunakan kecerdasan majemuk yang mereka miliki. Sistem belajar
mandiri adalah cara belajar yang lebih menitikberatkan pada peran otonomi
belajar kepada pebelajar. Dalam pendidikan dengan sistem belajar mandiri,
pebelajar diberikan kemandirian (baik secara individu atau kelompok) dalam menentukan
1) tujuan belajarnya (apa yang harus dicapai); 2) apa yang harus dipelajari dan
darimana sumbernya; 3) bagaimana mencapainya (strategi belajar); dan 4) kapan
serta bagaimana keberhasilan belajarnya diukur (evaluasi). Belajar mandiri juga
dapat dipandang sebagai metode (proses) maupun tujuan (produk). Sebagai proses,
belajar mandiri dijadikan sebagai metode/cara dalam sistem pembelajaran
tertentu. Sedangkan sebagai produk, mengandung arti bahwa suatu sistem
pembelajaran dengan berbagai strateginya ditujukan untuk menghasilkan pebelajar
mandiri. Sebenarnya pendidikan dengan sistem belajar mandiripun, secara tidak
langsung akan membantu dan mengembangkan kecakapan belajar mandiri. Sehingga,
pendidikan dengan sistem belajar mandiri dapat menghasilkan pebelajar mandiri.
Pada dasarnya, sistem belajar mandiri bukan hanya milik pendidikan jarak jauh.
Tapi, dapat diterapkan dalam semua pola pendidikan, termasuk dalam pola
pendidikan konvensional. Berdasarkan beberapa pendapat para ahli seperti :
Garrison, Schillereff, Abdullah (2001:1-4), Haris Mujiman (2005:1), Hiemstra
(1994:1) dan beberapa pertimbangan di atas, maka belajar mandiri dapat
diartikan sebagai usaha individu untuk melakukan kegiatan belajar secara
sendirian maupun dengan bantuan orang lain berdasarkan motivasinya sendiri
untuk menguasai suatu materi dan atau kompetensi tertentu sehingga dapat
digunakannya untuk memecahkan masalah yang dijumpainya di dunia nyata.
Self-directed learning adalah kegiatan belajar mandiri, sedangkan orang yang
melakukan kegiatan belajar mandiri sering disebut siswa mandiri (self-directed
learners). Abdullah, M.H (2001) dalam ERIC digest No. 169 mengatakan
self-directed learners adalah sebagai “para manajer dan pemilik tanggung jawab
dari proses pembelajaran yang mereka lakukan sendiri”. Individu seperti itu
mempunyai keterampilan untuk mengakses dan memproses informasi yang mereka
perlukan untuk suatu tujuan tertentu. Dalam belajar mandiri mengintegrasikan
self-management ( manajemen konteks termasuk latar belakang social, menentukan,
sumber daya dan tindakan) dengan yang self-monitoring ( proses siswa dalam
memonitor, mengevaluasi, dan mengatur strategi belajarnya). Belajar mandiri dan
siswa mandiri seperti sekeping mata uang yang mempunyai dua muka yang berbeda
tetapi merupakan satu kesatuan yang mempunyai suatu fungsi yang saling
mendukung. Lebih jelasnya persamaan dan perbedaan antara belajar mandiri dengan
siswa mandiri digambarkan dalam bagan sebagai berikut:
Gambar
1:
Model Personal Responsibility Orientation (PRO)
(Sumber: Roger Hiemstra:1998:25)
Model Personal Responsibility Orientation (PRO)
(Sumber: Roger Hiemstra:1998:25)
Belajar Mandiri (Self-directed learning) yang ada di sisi
sebelah kiri dari model, mengacu pada karakteristik proses belajar mengajar,
atau apa yang kita dikenal sebagai faktor eksternal dari si siswa. Di sini
mengacu pada bagaimana proses pembelajaran itu dilaksanakan. Siswa mandiri
(LearnerSelf-Direction) yang ada di sebelah kanan dari model, mengacu pada
individu yang melakukan kegiatan belajar. Termasuk di dalamnya yaitu
karakteristik kepribadian siswa, atau sering kita kenal dengan faktor internal
dari individu yang bersangkutan. Jika kedua hal tersebut (Self-directed
learning dan Learner Self-Direction) dapat tercipta dalam proses pembelajaran,
maka individu dapat memiliki kemandirian dalam belajar (self-direction in learning).
Dengan demikian Kemandirian belajar (self-direction in learning) dapat
diartikan sebagai sifat dan sikap serta kemampuan yang dimiliki siswa untuk
melakukan kegiatan belajar secara sendirian maupun dengan bantuan orang lain
berdasarkan motivasinya sendiri untuk menguasai suatu kompetensi tertentu
sehingga dapat digunakannya untuk memecahkan masalah yang dijumpainya di dunia
nyata.
Burt Sisco dalam Hiemstra (1998: membuat sebuah model yang
membantu individu untuk menjadi lebih mandiri dalam belajar. Menurut Sisco ada
6 langkah kegiatan untuk membantu individu menjadi lebih mandiri dalam belajar,
yaitu: (1) preplanning (aktivitas sebelum proses pembelajaran), (2) menciptakan
lingkungan belajar yang positif, (3) mengembangkan rencana pembelajaran, (4)
mengidentifikasi aktivitas pembelajaran yang sesuai, (5) melaksanakan kegiatan
pembelajaran dan monitoring, dan (6) mengevaluasi hasil pembelajar individu.
Sisco menggambarkan model tersebut di atas dalam bagan sebagai berikut:
Gambar
2
Model Pembelajaran individual (Sumber: Hiemstra. 1998)
Model Pembelajaran individual (Sumber: Hiemstra. 1998)
2. Konsepsi
Belajar Mandiri
Belajar
mandiri bukan berarti belajar sendiri. Seringkali orang menyalahartikan belajar
mandiri sebagai belajar sendiri. Kesalahpengertian tersebut terjadi karena pada
umumnya mereka yang kuliah di Universitas Terbuka cenderung belajar sendiri
tanpa tutor atau teman kuliah. Belajar mandiri berarti belajar secara
berinisiatif, dengan ataupun tanpa bantuan orang lain, dalam belajar. Konsep
Belajar Mandiri (Self-directed Learning) sebenarnya berakar dari konsep
pendidikan orang dewasa. Namun demikian berdasarkan beberapa penelitian yang
dilakukan oleh para ahli seperti Garrison tahun 1997, Schillereff tahun 2001,
dan Scheidet tahun 2003 ternyata belajar mandiri juga cocok untuk semua
tingkatan usia. Dengan kata lain, belajar mandiri sesuai untuk semua jenjang
sekolah baik untuk sekolah menengah maupun sekolah dasar dalam rangka
meningkatkan prestasi dan kemampuan siswa. Ada beberapa istilah yang mengacu
pada pengertian yang sama tentang belajar mandiri. Istilah-istilah tersebut
antara lain adalah 1) independent learning, 2) sel-directed learning, 3)
autonomous learning.1) Wedemeyer (1973) menjelaskan bahwa belajar mandiri
adalah cara belajar yang memberikan derajat kebebasan, tanggung jawab dan kewenangan
yang lebih besar kepada pebelajar dalam merencanakan dan melaksanakan
kegiatan-kegiatan belajarnya. Pebelajar mendapatkan bantuan bimbingan dari guru
atau orang lain tapi bukan bearti harus bergantung kepada mereka.2)
Rowntree
(1992), mengutip pernyataan Lewis dan Spenser (1986) menjelaskan bahwa ciri
utama pendidikan terbuka yang menerapkan sistem belajar mandiri adalah adanya
komitmen untuk membantu pebelajar memperoleh kemandirian dalam menentukan
keputusan sendiri tentang 1) tujuan atau hasil belajar yang ingin dicapainya;
2) mata ajar, tema, topic atau issu yang akan ia pelajari; 3) sumber-sumber
belajar dan metode yang akan digunakan; dan 4) kapan, bagaimana serta dalam hal
apa keberhasilan belajarnya akan diuji (dinilai).3) Pengertian senada juga
dijelaskan oleh Knowles (1975), belajar mandiri adalah suatu proses dimana
individu mengambil inisiatif dengan atau tanpa bantuan orang lain untuk 1)
mendiagnosa kebutuhan belajarnya sendiri; 2) merumuskan/menentukan tujuan
belajarnya sendiri; 3) mengidentifikasi sumber-sumber belajar; memilih dan
melaksanakan strategi belajarnya; dan 4) mengevaluasi hasil belajarnya sendiri.
Dari
beberapa pendapat ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa dalam pendidikan dengan
sistem belajar mandiri pebelajar diberikan kemandirian (baik secara individu
atau kelompok) dalam menentukan 1) tujuan belajarnya (apa yang harus dicapai);
2) apa saja yang harus dipelajari dan dari mana sumber belajarnya (materi dan
sumber belajar); 3) bagaimana mencapainya (strategi belajar); dan 4) kapan
serta bagaimana keberhasilan belajarnya diukur (evaluasi).
3. Karakteristik
Belajar Mandiri
Belajar mandiri juga tidak dapat dipandang sebagai sesuatu
yang diskrit, tapi merupakan suatu kontinum. Inti dari konsep belajar mandiri
terletak pada otonomi belajar. Artinya, semakin besar derajat
otonomi/kemandirian (peran kendali, inisiatif, atau pengambilan keputusan)
diberikan oleh suatu lembaga pendidikan (guru/dosen) kepada pebelajar dalam
menentukan keempat komponen diatas, maka semakin tinggi (murni) derajat sistem
belajar mandiri yang diberikan oleh suatu lembaga pendidikan tersebut. Moore
(1977) seperti dikutip oleh Keegan (1990) menyatakan bahwa derajat kemandirian
belajar yang diberikan kepada pebelajar dapat dilihat dari tiga asoek 1)
kemandirian dalam menentukan tujuan: apakah penentuan tujuan belajar ditentukan
oleh guru atau pebelajar? 2) kemandirian dalam menentukan metode belajar:
apakah pemilihan dan penggunaan sumber belajar dan media lain keputusannya
dilakukan oleh guru atau pebelajar?; 3) kemandirian dalam menentukan evaluasi:
apakah keputusan tentang metode evaluasi serta criteria yang digunakan
ditentukan guru atau pebelajar? 5). Menurut Candy (1975), belajar mandiri dapat
dipandang baik sebagai proses dan juga tujuan. Dengan kata lain, belajar
mandiri dapat dipandang sebagai metode belajar dan juga karakteristik pebelajar
itu sendiri. Belajar mandiri sebagai tujuan mengandung makna bahwa setelah
mengikuti suatu pembelajaran tertentu pebelajar diharapkan menjadi seorang
pebelajar mandiri. Sedangkan belajar mandiri sebagai proses mengandung makna
bahwa pebelajar mempunyai tanggung jawab yang besar dalam mencapai tujuan
pembelajaran tertentu tanpa terlalu tergantung pada guru/tutor (mandiri).
Berkaitan dengan hal ini, Candy juga membedakan antara belajar mandiri sebagai
modus dalam mengorganisasikan pembelajaran dalam seting formal (learner-control)
dengan belajar mandiri sebagai individualisasi (autodidaxy). Konsep pertama,
menjelaskan konsep belajar mandiri sebagai sistem belajar dalam seting formal.
Sedangkan konsep kedua, menjelaskan belajar mandiri sebagai belajar sendiri
secara bebas (otodidak). Jadi, belajar mandiri tidak sama dengan belajar
otodidak (belajar sendiri). Belajar mandiri sebagai proses memfokuskan diri
pada karakteristik transaksi belajar-mengajar yang melibatkan “needs
assessment”, sistem evaluasi, sumber-sumber belajar, peran dan keterampilan
fasilitator/tutor. Karakteristik utama pendidikan dengan sistem belajar mandiri
adalah tanggung jawab dalam mengendalikan dan mengarahkan belajarnya sendiri
berada ditangan pebelajar. Karakteristik umum lainya, menurut Institut for
Distance Education of Maryland University, pendidikan dengan sistem belajar
mandiri memiliki karakteristik: 1) membebaskan pebelajar untuk tidak harus
berada pada satu tempat dalam satu waktu tertentu; 2) disediakannya berbagai
bahan (materials) termasuk panduan belajar dan silabus yang rinci serta akses
ke semua anggota fakultas (penyelenggara pendidikan) yang memberikan layanan
bimbingan, menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan pebelajar, dan
mengevaluasi karya-karya para pebelajar; 3) komunikasi antara pebelajar dengan
instruktur atau tutor dicapai melalui satu atau kombinasi dari beberapa
teknologi komunikasi seperti telepon, voice-mail, konferensi melalui komputer,
surat elektronik, dan surat-menyurat secara reguler.
4. Pengetahuan dan Keterampilan Penting dalam
Pembelajaran Mandiri
Terdapat
dua hal esensial sehububungan dengan hal ini. Pertama, pembelajaran mandiri
mengharuskan siswa memiliki beberapa keterampilan dan pengetahuan tertentu
seperti mengambil tindakan, keterampilan bertanya, membuat keputusan, berpikir
kreatif dan kritis, memiliki kesadaran diri dan mampu bekerja-sama. Kedua,
adalah mengharuskan siswa benar-benar melakukan hal tersebut.
a. Mengambil Tindakan
Intinya adalah dimana anak tidak
hanya belajar secara ‘teoritis’ dengan membaca, melihat dan menonton saja,
melainkan juga siswa aktif bertindak, ‘learning by doing’ dimana
siswa mencari dan menggabungkan informasi secara aktif dari masyarakat,, ruang
kelas maupun suber lainya, lalu menggunakannya untuk alasan tertentu sehingga informasi
tersebut akan tersimpan dalam ingatan (Souders & Prescot, 1999).
Siswa yang menghimpun menyentuh,
memanipulasi objek secara langsung akan menyerap informasi dan menyimpan
informasi lebih baik dibandingkan jika mereka hanya mendengar, melihat di televisi,
film atau komputer. Misalnya, siswa belajar mengenai pentingnya peninggalan
arkeologi dengan menggali tulang-belulang yang tentunya sudah dikondisikan
guru. Hal ini akan jauh lebih menarik dan pengalaman tersebut akan lebih
tertanam dalam benak siswa dibandingkan misalnya jika siswa hanya membaca
mengenai peninggalan arkeologis.
b. Mengajukan Pertanyaan
Brooks & Brooks (1993)
menyatakan bahwa untuk bisa mengerti, siswa harus mencari makna. Dan untuk
dapat mencari makna, siswa harus punya kesempatan untuk membentuk dan
mengajukan pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan yang kritis dan terbuka akan
merangsang kreativitas dan rasa ingin tahu siswa, seperti misalnya: dari mana
susu berasal. Dari pertanyaan sederhana ini bisa saja akan menjadi semakin
mendalam sampai pada proses pembuatan, pasteurisasi dan mungkin strategi
pemasarannya.
c. Membuat
Pilihan
Dalam pembelajaran mandiri, siswa tidak hanya memilih rancangan kerja
mereka sendiri melainkan juga memutuskan bagaimana mereka berperan serta dalam
berpartisipasi sesuai bakat dan minat mereka. Selain itu, mereka juga dapat
membuat pilihan akan gaya belajar apa yang sesuai dengan mereka, sehingga hal
ini kelak dapat membantu siswa untuk mencapai prestasi atau keunggulan, dan
juga membuat kegiatan belajar menjadi menyenangkan dan bermakna.
d. Membangun
Kesadaran Diri
Dalam berinteraksi dengan diri sendiri dan orang lain siswa baik secara
langsung dan tidak langsung mengenali kelebihan dan kekurangan diri sendiri dan
orang lain, serta belajar bagaimana untuk mengekspresikan emosi secara wajar
sesuai dengan tuntutan lingkungan sosialnya. Kesadaran diri yang diartikan
sebagai kemampuan untuk merasakan perasaan saat perasaan itu muncul adalah
kemampuan khas manusia. Kemampuan ini membuat kendali diri dan regulasi emosi
menjadi memungkinkan. Keterampilan ini akan lebih terasah dikala siswa bekerja
dan belajar serta berinteraksi dalam sebuah kelompok.
e. Kerja Sama
Ini merupakan komponen penting dalam CTL. Para siswa biasanya belajar dalam
kelompok-kelompok kecil dan otonom. Kerjasama dalam kelompok dapat mengurangi
hambatan akibat keterbatasan penalaman, pengetahuan dan cara pandang yang
terbatas diantara individu anggota kelompok. Selain itu dalam belajar kelompok,
dipelajari pula mengenai bagaimana cara mengemukakan pendapat, menghargai
pendapat orang lain, berpikiran terbuka, belajar melakukan dialog atau
pertukaran pandangan, serta mengambil keputusan bersama.
5. Proses Belajar Mandiri
Inti dari proses belajar mandiri
adalah : PDSA (Plan, Do, Study, Act), konsep yang dikembangkan oleh Edward
Deming (1994), dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Siswa secara mandiri menetapkan
tujuan
Dengan cara ini para siswa diberi
kesempatan untuk menerapkan keahlian personal dan akademik dalam kehidupan
sehari-hari dan proses ini membantu mereka mencapai standar akademik yang
tinggi.
b. Siswa mandiri membuat rencana
Siswa dalam kelompok secara kolektif
menentukan langkah-langkah yang akan ditempuh dalam rencana kerja mereka. Hal
ini dapat berupa penyelesaian masalah, menentukan persoalan, atau menciptakan
suatu projek. Penentuan langkah kerja ini tergantung dari tujuan kelompok.
Dalam dinamika kelompok, berbagai keterampilan seperti pengambilan tindaka,
bertanya, menganalisis informasi secara kreatif dan kritis, mengemukakan
pendapat sekaligus menghargai pendapat orang lain. Kesemua hal tersebut
membantu siswa dalam melakukan pembelajaran mandiri yang lebih matang dan turut
membentuk pola pembelajaran sepanjang hayat.
c. Siswa mandiri mengikuti rencana
dan mengukur kemajuan diri
Dengan melakukan refleksi dan
evaluasi diri, siswa akan belajar dari kesalahan yang mungkin mereka buat dan
berusaha memperbaikinya serta melakukan adaptasi-adaptasi yang diperlukan.
d. Siswa mandiri membuahkan hasil
akhir
Siswa dapat menentukan bagaimana
mereka akan menampilkan hasil akhir dari kelompok mereka, apakah dengan
menggunakan portofolio, dengan presentasi atau mungkin dengan suatu pertunjukan
(performance). Hal ini kelak bermanfaat bagi kehidupan siswa di masyarakat,
keluarga maupun dunia kerja nantinya.
e. Siswa melakukan penilaian
autentik
Dengan melakukan penilaian terhadap
hasil kerja siswa berupa portofolio, jurnal, presentasi dan performance siswa,
guru akan dapat memperkirakan seberapa banyak dan seberapa dalam siswa
menguasai materi pelajaran.
5. Peran Guru dalam Pembelajaran
Mandiri
Pada dasarnya guru berperan dalam
mengembangkan pengetahuan dan keahlian yang tidak akan siswa dapatkan dari
sekedar menjawab pertanyaan factual mengenai topik tertentu. Dedikasi guru
sangatlah penting dan tanpa hal ini, proses belajar mandiri akan gagal. Peran
guru dalam CTL adalah sebagai ‘ahli’ yang menguasai materi serta memimpin
siswa, sekaligus sebagai ‘mentor’ yang mengarahkan dan membimbing siswa.
6. Keunggulan
dan Kelemahan Sistem Belajar Sendiri
a. Keunggulan Sistem
Belajar Mandiri ialah :
1. Siswa bebas untuk
belajar sesuai dengna gaya belajar mereka sendiri, sesuai dengan kecepatan
belajar mereka dan sesuai dengan arah minat dan bakat mereka dalam menggunakan
kecerdasan majemuk yang mereka miliki.
2. Menekankan sumber belajar
secara lebih luas baik dari guru maupun sumber belajar lain yang memenuhi unsur
edukasi.
3. Mengembangkan pengetahuan,
keahlian dan kemampuan seseorang secara menyeluruh.
4. Pembelajaran mandiri
memberikan siswa kesempatan yang luar biasa untuk mempertajam kesadaran mereka
akan lingkungan mereka dan memungkinkan siswa untuk membuat pilihan-pilihan
positif tentang bagaimana mereka akan memecahkan masalah yang dihadapi sehari-hari.
5. Pembelajaran mandiri
memiliki kelebihan berupa kebebasan bagi siswa untuk memilih materi yang sesuai
dengan minat dan kebutuhan.Di samping itu,cara belajar yang dilakukan sendiri
juga lebih menyenangkan.
b. Kelemahan
Sistem Belajar Mandiri ialah :
1. Siswa bodoh akan semakin
bodoh dan siswa yang pintar akan semakin pintar karena jarang terjadi interaksi
satu sama lainnya.
2. Bagi siswa yang malas, maka
siswa tersebut untuk mengembangkan kemampuannya atau pengetahuannya.
3. Ada beberapa siswa yang membutuhkan
saran dari seseorang untuk memilih materi yang cocok untuknya atau ada beberapa
siswa materi apakah yang cocok untuk dia karena siswa yang bersangkutan tidak
mengetahui sampai seberapa kemampuannya.
Komentar
Posting Komentar